Kamis, 26 April 2012

SEORANG NENEK YANG MENJADI TAULADAN

sesa'at aku terenyuh membaca sepenggal kisah pendek ini, nampak sangat banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini.. ya Allah.. air mata se umur hidup ku pun serasa tak mampu menebus dosa-dosa hamba mu ini.. saya harap, dengan memposting hasil tulisan "hamba Allah" ini para member "BELAJAR MENCINTAI ALLAH,SEBELUM AKU BELAJAR MENCINTAI KEKASIH KU" bisa mengambil setetes pelajaran berharga dari kisah ini.. Ya Rasulullah.. sungguh hina lidah kami yang telah melupakan shalawat kepada mu.. Ya Rasulullah.. kami memang umat mu yang tidak tahu diri.. setiap hari kami habiskan hanya untuk mengumbar kelebihan dunia yang mulai renta ini.. Ya Rasulullah.. sempat kan lah kami mengucap kata taubat sebelum nafas telah berada di kerongkongan.. Ya Rasulullah.. sesungguh nya hanya SYAFA'AT mu lah yang menjadi lentera kami di yaumul akhir..
saya harap sahabat sekalian bisa meresapi dari kisah ini.. JANGAN LAH HANYA MEMBACA DENGAN MATA TELANJANG, BACA LAH ILMU DI HADAPAN MU DENGAN MATA HATI DAN BATIN, JADIKAN BAHAN INSTROSPEKSI DIRI, SMOGA KE DEPAN NYA AKHLAKUL KARIMAH DAPAT TERTANAM DALAM DIRI.. AMIIINNN
SELAMAT MENYIMAK

***** SELEMBAR DAUN, UNTUK RASULULLAH *****


Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.

Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar