10-11-2011
Ya Allah, sesungguhnya aku ridho dengan segala takdir dan
ketetapan-Mu, aku berusaha mencoba bersahabat dengan takdirmu. Sesungguhnya
hidupku adalah milik-Mu, aku tak memiliki kuasa atas diriku tanpa ridho-Mu. Aku
yakin, pertemuanku dengan kak syila dalam angkot itu…, bukan lah hal yang tak
disengaja, tapi semua adalah bagian dari rencana mu ya Rabb.
Dua bulan sudah sejak kejadian malam itu, dimana kak syila
meminta aku menjadi istri untuk mas ozi. Sejak malam itu, kak syila terus
berusaha mendekatkan ku pada mas ozi. Usaha kak syila sangat gigih, untuk
menciptakan kecocokan aku dengan mas ozi, aku tau mas ozi masih tidak dapat
menerimaku, mas ozi begitu sangat mencintai kak syila dan begitu pun
sebaliknya.
Kota Surabaya tempat mas ozi bertugas, Banyuwangi kampung
halaman mas ozi kami kunjungi berdua hanya untuk sekedar mengenalkan aku dengan
teman-teman mas ozi dan keluarganya. Awalnya pada saat orang tua mas ozi
mengetahui maksud kak syila mereka menolaknya, seperti halnya juga kedua orang
tuaku. Tapi akhirnya setalah kak syila berbicara dengan mereka dari hati ke
hati, mereka memahami maksud baik kak syila untuk mas ozi dan juga aku. Tapi
walaupun begitu, aku masih tetap tak enak hati.
Dalam masa-masa mengakrabkan aku dengan mas ozi, kak syila
sempat mengajariku kebiasaan-kebiasaan kak syila dalam melayani mas ozi, dari
mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Katanya kak syila biasa bangun sebelum
mas ozi bangun, kira-kira pukul 04:00 WIB.
Kak syila biasanya langsung bersuci atau mandi, dan
merapihkan dapur seperti cucian piring sisa semalam bila ada. Dia tidak mau,
bila suaminya bangun melihat keadaan rumah dalam keadaan tak nyaman. Setelah
rapi, kak syila membangunkan mas ozi dan shalat subuh berjamaah. Setelahnya kak
syila memasak sarapan dan mas ozi berolah raga, bila hidangan telah masak kak
syila dan mas ozi sarapan bersama, tidak lupa kak syila pun sudah menyiapkan
bekal untuk mas ozi.
Kak syila tak ingin berkah suaminya diambil orang, dia tak
ingin mas ozi makan masakan yang bukan buatan tanganya bila tidak darurat,
karena kak syila berkata setiap masakan yang kita buat dan dimakan suami kita
ada berkah dan do'a suami dalam setiap suapannya. Dan mas ozi pun selalu
menelpon atau sekedar sms bila ingin makan diluar atau ada undangan makan dari
rekan kerjanya.
Sebelum berangkat bekerja
kak syila selalu mengatar mas ozi sampai diteras. Bersalaman dan mas ozi selalu
mencium kening kak syila sebelum berangkat, bila hal itu mas ozi lupa lakukan
kak syila selalu berkata "Do'a abi untuk kesalamatan umi dirumah mana,
umi takut ada syetan masuk kerumah kita saat abi pergi nanti, maka umi minta
do'a abi agar Allah kirimkan malaikat untuk menjaga umi dirumah". Bila
sudah begitu, mas ozi biasanya langsung berdoa setelah itu dia tiup ubun-ubun
istrinya lalu mengecup keningnya.
Menjelang mas ozi pulang bekerja, kak syila sudah menyiapkan
air hangat untuk suaminya mandi, dan air ember kecil yang sudah ada sapu tangan
handuk didalamnya. Begitu mas ozi datang, dia bersalaman dan meminta mas ozi
duduk diteras bersamanya.
Kak syila bukakan sepatu dan kaos kakinya, lalu mengelap kaki
suaminya dengan air yang telah dia siapkan. Katanya, agar setan tidak
menyelinap masuk kedalam rumahnya melalui rasa lelah dan masalah yang dibawa
dari tempat kerja, air yang dia siapkan adalah sebagai penyejuk untuk meredam
emosinya.
Secangkir Coffee Milk kegemaran mas ozi sudah siap
dimeja ruang keluarga, ditemani dua potong gorengan banana crispy cemilan
fovorit mas ozi saat dia sedang nonton TV. Semuanya adalah buatan tangan kak
syila sendiri, dan aku juga diajarkan bagaimana cara membuatnya.
Mereka selalu shalat tahajud berjamaah bila sedang bersama,
tapi untuk shalat fardhu kak syila selalu meminta mas ozi berjama'ah di masjid.
Menurut kak syila itu adalah yang dianjurkan rosul, bukan karena kita sudah
menikah suami istri harus shalat berjama'ah dirumah dengan istrinya.
Besok adalah hari pernikahanku dengan mas ozi, jujur aku
masih sulit menerima ini semua. Dalam hati, aku masih mencintai mas firman. Ya…,
mas firman lelaki yang ku cintai dan dia pun mencintaiku. Kalau akhrinya
begini, hadir dalam kehidupan pria yang membagi cintanya, kenapa tidak dari
dulu saja aku mau dimadu dengan Mas firman.
"Tutttttt..Tuuuut" tanpa
sadar aku menelpon mas firman.
"Assalamu'alaikum dek" jawab
mas firman dari seberang sana.
"Wa'alaikumsalam Mas. Maaf mengangu Mas, ada yang ingin
aqilla sampaikan". Kata ku sedikit gugup.
"Nggak apa-apa dek, silahkan. Kebetulan mas sedang
senggang".
"Terima kasih mas". Jawabku.
"Mas, Aqilla mau jujur. Aqilla masih mencintai Mas
hingga detik ini, mas masih adalah lelaki yang Aqilla puja dalam do'a Qilla
setiap sehabis shalat". Kata ku dengan nada menurun
disusul isakku.
"Terima kasih, dik". Ungkap
Mas firman.
"Tapi mas,
Aqilla mohon maaf. Mungkin besok telah berubah, qilla ingin menutup semua
cerita kita, dan qilla mohon restu dan keikhlasan Mas untuk melepas Aqilla".
Jelasku menceritakan apa maksudku.
"Maksud, adik apa? Mas tidak mengerti? Kamu sakit lagi
sayang?" Mas firman khawatir dengan ku.
"Tidak mas, aku sehat-sehat saja dan aku baik, baik
saja?" kata ku, dan suasana hening sejenak, lalu aku lanjutkan
kalimatku. "Besok, aku akan menikah mas".
"Ohhh, itu. Dek". Kata
ka firman sambil menghela nafas panjang seolah-olah dia lega.
"Kalau Mas boleh jujur, Mas masih berharap untuk dapat
kembali sama kamu. Tapi bila kamu sudah memilih dan menerima pinangan pria itu.
Mas ikhlas, Mas berterima kasih pada lelaki itu, karena dia mau menjadi
penjagamu, menjadi imammu. Sebuah Tanggung jawab yang pernah Mas dapat dari
orang tua mu, tapi Mas tidak bisa menyelesaikannya". Mas
firman melanjutkan kalimatnya dengan suara parau.
"Terima kasih mas, Aqilla mohon Mas bisa datang dengan
istri mas, agar dia tak lagi cemburu denganku". Kataku
sambil menangis.
"Pasti dik, Mas pasti datang. Tapi siapakah pria yang
beruntung itu dik". Tanya Mas Firman.
"Mas Ozi mas, mas Ozi suami kak Atsyila". Kata
ku sambil menguatkan diri.
"Apa?!! Mas Fauzi" mas
firman tersentak diseberang sana, nadanya meninggi "Kok bisa dek,
kenapa dia, sedangkan kau dulu tak mau menerima mas dengan istri mas sekarang.
Tapi sekarang…?" Belum saja Mas firman selesai bicara.
"Mas, semua adalah takdir Allah, padanya lah semua
skenario kehidupan bermuara. Adek mohon maaf bila ini menyinggung masa lalu
kita". Kata ku menyela kalimat Mas firman.
"Baik lah dek, mas tetap akan datang semoga kau
berbahagia ya sayang". Harap mas firman pada
keputusan yang kubuat. "Maafkan Mas juga yang tak sempat
membahagiakanmu". Tambahnya.
"Terima kasih, Mas. Assalamu'alaikum." Kata
ku mohon diri untuk mengakhiri pembicaraan.
"Wa'alaikumsalam, dek" jawabnya.
Lalu "Tutttttt Tutttt Tuuutt". Teleponya
terputus.
11-11-2011
Hari ini adalah hari pernikahanku dengan mas ozi. Ya Allah
dosakah aku melakukan ini semua, jujur ini bukan kehendakku. Tapi aku tak kuasa
melawan takdir-MU, ku mohon ya robb, bila ini semua rencanaMu yang terbaik
untukku, maka lapangkanlah dadaku.
Siap tak siap aku harus siap, demi kak Syila. Pagi itu kak
syila sendiri yang merias wajahku, dia benar-benar tabah hadapi ini semu, tak
ada air mata yang meleleh dipipinya, tapi sempat aku memergoki matanya
berkaca-kaca saat merias wajahku.
Baju pengantin yang aku
pakai adalah pilihannya, dia belikan dan serahkan sendiri untuku. Cantik memang
kebaya ini, dan aku akui riasannya pun sangat rapih, bahkan aku tak mengenali
diriku sendiri. Akhirnya prosesi pernikahan pun akan dimulai, aku pun diminta
keluar dari kamar rias. Kak syila berjalan disampingku dengan kursi rodanya
sambil mengandengku.
Aku duduk bersama ibu-ibu, di dampingi ibuku dan kak syila.
Dia sengaja meminta turun dari kursi roda, katanya biar sejajar dengan diriku
dan tak ada salah satu dari kami yang di istimewakan.
Ku lihat mas ozi, begitu tampan mengenakan baju pengantin
itu. Memang dia adalah idaman para wanita, dia tampan, gagah, soleh dan setia.
Sebelum ijab kobul dilakukan, mas ozi membaca hafalan surah arahman, sebagai
mahar utama dalam penikahan kami. Dia pun membacanya dengan fasih dan tartil.
Para saksi hafiz qur'an mengatakan bahwa tidak ada yang salah dalam bacaannya.
Maka prosesi akad nikah pun dilanjutkan.
"Saya terima nikahnya Aqillah Khaerunisa binti Muhammad
Arif, dengan Mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai". Ucap
mas Ozi, perlahan tapi pasti.
"Bagaimana sah?" Pak penghulu,
bertanya kepada para saksi.
"Sah…, sah..,sahhh." Saksi bersahutan dan
lansung disambung do'a.
Setelah Ijab qobul dilakukan, Kak syila memelukku. "Titip
mas Ozi ya sayang, kakak yakin kita akan menjadi sepasang bidadari syurga
untuknya kelak di akhirat, kamu dan kakak adalah bagian tulang rusuknya yang
hilang dan patah menjadi dua. Dan kini kita telah utuh, dan kembali pada
tempatnya". Bisik kak syila ditelingaku.
Pesta pun selesai, para tamu undangan pun telah kembali
pulang. Kak Atsyila mengajakku untuk pulang kerumah mereka, aku sedikit ragu.
Kak syila meminta mas ozi untuk membujuk ku, mas ozi pun melakukannya, mungkin
karena dia berfikir aku sekarang adalah tanggung jawabnya.
Aku pun mentaati apa yang mas ozi minta, karena dia sekarang
adalah imamku.
Sesampainya dirumah, kak syila meminta mas ozi untuk tidur
bersamaku. Kamar pengantin kami, yang telah didekor, sesuai dekorasi yang kak
atsyila minta kepada jasa salon pengantin. Indah memang, elegant dan tampak
menawan. Tapi aku dan mas ozi tidak dapat menikmati suasana itu, kami hanya
berbaring diranjang pengantin kami, kami berdua bingung harus memulai dari
mana, sampai akhirnya.
"Dek…" mas ozi berkata.
"Apakah dek aqilla, terpaksa menjalani ini semua". Sambungnya.
"Insyaallah tidak kak, demi kebahagiaan dan kesembuhan
ka Atsyila, adik ikhlas." Kataku. "Harapan
Adik, dengan adik melakukan pernikahan ini, kak syila bisa sembuh dan
melahirkan putra kakak dengan selamat, baik bayinya dan juga ibunya". Sambungku,
melanjutkan kalimatku.
Mendengar jawaban ku, mas
ozi bangkit dari rebahanya, iya miringkan sedikit badannya ke arahku. "Subhanallah…,
begitu mulianya hatimu dik. Maha besar rahmat mu ya Robb, kau kirimkan aku dua
bidadari syurgamu." Syukurnya seraya mengagungkan nama Allah.
"Dik, mas sangat berterima kasih atas pengorbananmu,
untuk kebahagiaan dan kesembuhan syila, dan tentunya kebahagiaanku juga". Ucapnya
sambil meneteskan air mata.
"Tapi saat ini, mas tidak dapat membahagiakanmu. Kakak
tak ingin bersenang-senang diatas penderitaan syila. Kakak tak mau, dia menjadi
lebih menderita, walau pribadinya tegar dan kuat, tapi fisiknya rapuh". Mas
ozi kembali berkata.
"Aqilla mengerti mas, aqilla pun berfikir demikian.
Aqilla tak mau dianggap mengambil keuntungan dari kondisi ini, terlebih dari
suami aqilla sendiri". Kata ku sambil menitikan air
mata.
"Insyaallah, mas tidak berfikir demikian. Mas anggap
kamu adalah penyelamat bagi kami". Tutur mas ozi, sambil
menghapus air mataku dengan dengan punggung jari telunjuknya.
"Insyaallah, mas akan bersikap adil pada kalian berdua.
Walau mungkin adil itu sulit untuk dijabarkan. Mas akan berusaha mencoba".
Tambahnya meyakinkanku.
"Adik biasa shalat malam, tahajud misalnya". Tanya
mas ozi.
"Insyaallah, terbiasa mas". Jawabku.
"Kalau begitu mari kita berjama'ah". Pinta
mas ozi.
Lalu kami berdua pun bangkit dari pembaringan untuk mengambil
air wudu dikamar kecil yang berada dikamar utama. Kamar ini adalah kamar kak
Atsyila dengan mas Ozi dulunya. Mas Syila memberikanya kepada kami, sedangkan
dia sendiri pindah ke kamar tengah.
Akhirnya kami pun shalat tahjud berdu'a. Itu adalah shalat
berjamaah kali pertama setelah aku menjadi istri mas ozi. Mas ozi memang lelaki
sempurna, dia sangat sabar dan penyayang. Kasih sayangnya tulus dalam setiap
ucapan dan tindaknya. Setelah shalat aku pamit keluar kamar untuk buatkan susu
hangat, dan mas ozi mempersilahkanku.
Saat aku melewati kamar tengah menuju dapur, aku melihat
kamar kak atsyila terbuka. Dan ku lihat kak atsyila tidur dilantai beralaskan
sajadah dan masih mengenakan mukena. Mungkin dia pun telah melakukan shalat
malam. Lalu aku bangunkan, lalu ku papah naik ke pembaringan.
"kok belum tidur dek? Mas ozi mana?" tanya
kak syila.
"Ini kak aku mau buatkan susu hangat buat kak ozi, tapi
ketika aku lewat kamar kakak. Aku lihat kakak tidur dilantai". Kataku.
"Oh, ya sudah buatkan gih, ingat jangan terlalu manis
yah. Mas ozi tak suka yang begitu manis?" kata
kak syila mengingatkan kegemaran suaminya.
"Iya kak, tapi aku ingin memastikan kakak sudah
istirahat dulu". Jawabku, sambil membelai ubun-ubun kak syila. Dan tak
beberapa lama kak syila pun tertidur pulas.
Laptop kak syila masih
menyala, niatku ingin menshutdownnya. Tapi tanpa sengaja aku membaca ketikan
yang ada disana.
"Untukmu lelaki bercahaya putih".
"Akhirnya tugas umi sudah selsai, di akhir-akhir
tugasku. Aku telah menemukan bidadari syurga penggantiku. Saat umi kali pertama
didalam sebuah angkot, rasanya ada yang menyatu dalam hati kami berdua. Umi
sudah mendalami sifatnya, sikapnya dan kesetianya pada suami sejak pada saat
kami berteman.
Abi…
Maafkan umi yah. Kalau umi tidak penah bercerita, bahwa
penyakit umi kembali kambuh. Itu semata-mata umi tak ingin abi khawatir dan
membuyarkan fokus abi. Umi inginkan apa yang menjadi cita-cita abi dapat
terwujud, walau kelak bukan umi yang ada disisi abi. Tapi yakinilah Bi…!
Atsyila dan Aqillah adalah bagian dari rusuk mu yang hilang dan patah menjadi
dua, dan kini. Kami telah bersatu dan kembali kepadamu.
Maka, Bahagiakanlah aqillah, sebagaimana abi membahagiakan umi,
dan kalau bisa melebihi apa yang abi beri pada umi. Menyakitinya, berati abi
menyakiti umi, karena dia adalah amanah yang umi titipkan pada abi".
Begitulah kalau tak salah ingat isi dari ketikan kak syila.
Aku tak kuat membacanya, aku bingung baru kali ini ada seorang istri yang rela
menyerahkan kebahagiaannya untukku. Aku bergegas keluar, dan membuat minuman
susu hangat sambil tersedu-sedu.
Aku kembali ke kamar, mas ozi masih terbagun. Kuberikan susu
hangat itu padanya, dia mendapati mataku lebam. Dia menanyakan apakah aku habis
menangis, aku jawab saja tadi kelilipan. Lalu mas ozi meneguk susu yang
kubuatkan itu, tak beberapa lama kita pun tertidur.
12-01-2012
Rumah tanggaku dengan mas ozi berjalan dengan baik, mas ozi
memenuhi janjinya untuk bersikap adil. Aku dan kak syila pun sangat kompak
dalam melayani kebutuhan suami tercinta kami, rasa iri dan cemburu hilang
diantara kami. Banyak kerabat kebingungan, kok bisa istri muda dan istri tua
begitu akrab.
Kebetulan hari ini mas ozi mendapat cuti, dia mengajak kami
berdua untuk refreshing ke pantai, aku sambut baik rencana mas ozi aku pikir
kak syila butuh hiburan biar tidak terlalu penat. Aku sarankan bagaimana kalau
kita berwisata ke Pantai Lhok Nga. Tempat tinggal kami dan Pantai Lhok Nga
memiliki waktu tempuh satu jam.
Akhirnya kami sampai juga dipantai, kak syila meminta untuk
tidak mengunakan kursi roda. Dia ingin berjalan sambil melepas alas kakinya.
Kami melarang, kami takut kalau dia kelelahan, terlebih kandungannya sudah
memasuki sembilan bulan. Tapi karena
keinginannya yang keras
akhirnya kami memperbolehkannya, dengan syarat bila lelah berjalan kak syila
harus sampaikan.
Kami pun menggelar tikar, dibawah pohon kelapa ditepi pantai.
Cuacanya cukup bagus, matahari begitu terik namun semilir angin menyamarkan
panas menjadi terasa hangat.
Ingin tertawa rasanya bila ingat hari itu, sungguh hal yang
tak kami sengaja. Aku membuat makanan kesukaan mas Ozi, yaitu ikan gurame bakar
cabe ijo. Tanpa aku ketahui ternyata kak Syila pun membuat masakan yang serupa.
"Umi… Bunda.., Abi lapar nich".
Sahut mas ozi, sambil tangan kanannya memegang perutnya yang mungkin terasa
kosong karena habis menyelam.
"Ini dibuatkan, gurame bakar cabe ijo".
Aku dan kak syila kompak bersamaan mengatakan demikian sambil menyodorkan
masing-masing tuperware kami.
Melihat kejadian demikian mas ozi, tertegun. Mas ozi
menggaruk-garuk kepalanya, dengan wajah kebingungan. Aku menoleh ke arah kak
syila, begitupun kak syila menoleh kearahku. Kami terdiam sejenak, dan lalu "Hahahaha…"
kami bertiga ketawa terbahak-bahak.
"Kok bisa sih kita kompak begini".
Kataku. "Ya sudah, mas ozi makan buatan kak syila ajah ya". Pintaku
demi menjaga kebersamaan ini, agar tidak pecah.
"Tidak, punya qillah ajah ya bi". Kak
Syila menarik tanganya ingin menaruh tuperwarenya.
"Eit eit.,,sini sini mana makanannya". Seraya
tangan mas ozi menyambar tuperware kami. "semuanya akan abi makan
bersama-sama, biar semuanya dapat berkah, kan umi dan bunda sudah cape-cape
buat untuk abi". Tambahnya.
Aku dan kak syila pun tersenyum.
"Tapi ada syratnya, gimana?" pinta
mas ozi kepada kami
"Apa syaratnya, bi" kata
kak syila
"Ia apa syaratnya bi?" sambungku
bertanya.
"Baik lah abi kasih tau syaratnya". Mas
ozi kembali berkata dengan intonasi genit dan meledek kami berdua.
"Apa bi.,, ayo kasih tau". Kataku,
dengan manja, Kak syila mengangguk mengiyakan.
"Baik-baik, susah abi melawan kalau kalian sudah kompak
gini. Syaratnya umi Syila dan bunda Aqillah suapin abi yah". Jawab
mas ozi.
"Oke…, kami siap" kami
berdua kompak, mengiyakannya.
Akhirnya aku dan kak syila secara bergantian menyuapi mas
ozi, tawa kami memecah deru ombak. Saat itu kami gembira sekali, kami tak
memikirkan orang disekeliling kami, kami seolah-olah tak ingin menyia-nyiakan
hari ini.
Pagi pun berganti sore, kami
bertiga pun berkemas untuk kembali pulang kerumah. Karena Kak Syila sedang
hamil besar, kami tidak berani pulang terlalu petang. Akhirnya pukul tiga sore
kami pun kembali pulang. Kak Syila tertidur pulas dibahu kananku, sesekali ku
lihat mas Ozi mengintip kami berdua dari kaca spion.
Wajah kak syila begitu cantik, walau dalam keadaan tertidur
kecantikannya tidak pudar. Pantas mas ozi begitu mengaguminya, dan aku pun
sangat bersyukur ada diantara mereka untuk melengkapi kebahagiaan mereka. "Semoga
kejadian hari ini dapat terulang kembali".
"Gubrak-Gubrak" Ban mobil yang kami
kendarai masuk lubang.
"Astaghfirullahal ‘adzim…, apa itu bi.?" tanyaku
pada mas ozi.
"Ada lubang dek, mas kurang hati-hati." Sahut
mas ozi, sambil menstabilkan mobilnya.
Kepala kak syila yang tadi ada dibahuku, berpindah posisi ke
lengan kiriku dengan posisi miring setengah terlentang.. Aku sedikit aneh kok
tidak ada reaksi terbangun atau teriak. Aku angkat saja tubuh kak syila, untuk
membenarkan posisinya.
"Astaghfirullah Bi!!"
"Ada apa bunda…?" Tanya
mas ozi, dengan nada sedikit khawatir.
"Abi..!! Abi cepat bi, cepat putar arah ke rumah sakit!!
Kak syila bi. Kak syila!!" kata ku histeris sambil
menangis.
"Kenapa dengan umi, bunda?" Mas
Ozi, bertanya kembali dengan nada cemas.
"Cairan ketubanya keluar, Bunda takut ketubanya nanti
kering". Kataku.
Mas Ozi langsung memutar balik mobil yang kita naiki, lalu
menancap gasnya menuju Aceh Internasional Hospital. Sebentar saja kami sudah sampai
di rumah sakit, dan mas ozi langsung keluar teriak "Perawat-perawat!!
perawat tolong istri saya, tolong dia."
Lalu dengan cekatan empat orang perawat keluar dengan membawa
kereta dorong, mereka memindahkan kak syila dari pelukanku ke atas kereta dorong.
"hati-hati yah". Kataku kepada petugas itu.
Akhirnya kak syila dilarikan ke IGD, aku dan mas Ozi langsung
mengurus administrasinya. Aku menangis dalam pelukan mas ozi, aku tak pedulikan
sekelilingku. Mungkin banyak mata memandang aneh, istrinya masuk IGD kok
suaminya peluk-pelukan dengan wanita lain.
Beberapa lama kami menunggu, akhirnya kami dikabarkan bahwa
kak atsyila, tidak bisa melahirkan secara normal, dan bayinya harus cepat
diselamatkan karena air ketubannya terus-terusan keluar. Akhirnya dokter
merekomendasikan satu-satunya cara adalah melakukan operasi cesar.
"Baik dok, bila itu yang terbaik buat istri dan anak
saya" ucap mas ozi.
"Iya dok, mohon selamatkan kak syila". Pintaku
berharap yang terbaik untuk kak syila.
"Baik lah pak,
tapi masalahnya kami membutuhkan darah dan kebetulan darah ibu syila ini
termasuk golongan yang langka AB resus negatif, dan bank darah kami tidak
memiliki stock darah tersebut." kata dokter.
"AB resus negatif, dok?" tanyaku
"Ia bu." Kata dokter itu
"Kebetulan saya juga AB resus negatif, ambil darah saya
saja dok" pintaku.
"Kalau bisa ada satu orang lagi, untuk cadangan bila
kami kehabisan". Kembali dokter menerangkan.
"Bunda ada kenalan yang memiliki golongan darah yang
sama?" kata mas Ozi.
Dokter tersebut tampak terbelalak, saat mas ozi memanggilku
bunda. Mungkin dia heran, bukankah yang didalam itu istrinya. Lalu aku siapa
mungkin pikirnya.
"Ia bi, bunda ingat kalau tidak salah, papah juga
golongan darahnya sama dengan bunda". Lalu aku segera
menelpon papah, dan alhamdulillah papah pun menyanggupi.
Aku dan papah di chek kesehatanya, dan kami pun memasuki
kriteria sehat, maka darah kami pun segera di ambil. Aku berharap sangat baik
kak syila dan bayi dapat selamat. Alhamduillah, operasipun dapat dilakukan.
Hampir satu jam sudah kak syila didalam ruang operasi, tapi tak ada juga
tanda-tanda tangisan bayi.
Mas Ozi berdiri disampingku, tangan kanannya mencengkram erat
bahuku. Sesekali ku dengar bisikan-bisikan do'a untuk kak syila. Aku sedikit
menoleh wajah mas ozi. Wajah tampan ini pucat, keringat dingin menyembul di
keningnya, sinar matanya memancarkan kecemasan.
Dan Akhirnya "Oaaaaaa, Oaaaaa…Oaaaa" kami
mendengar suara tangis bayi laki-laki.
"Alhamdulillah…." Ucap
kami, hampir bersamaan. Mas ozi memelukku. Ayah dan ibu pun mendekat pada kami
berdua. Sedangkan suara tangis bayi didalam terus membuyarkan kecemasan kami.
Tak beberapa lama pun, pintu ruang operasi pun terbuka.
"Selamat ya pak, putra dan putri anda lahir dengan selamat".
"Putra dan Putri, dok?" Tanya
mas ozi. Aku pun terheran, apakah kembar?
"Iya pak, istri anda melahirkan anak kembar, putra dan
putri?" kata dokter tersebut sambil menepuk bahu mas ozi.
"Alhamdulillah, anak kembar bi!!" kataku.,
sambil berlompat-lompat memeluk mas ozi. Mas Ozi pun, mencium keningku, papah
dan mamah pun memberi selamat pada kami berdua.
"Iya, bunda". Mas ozi pun tersenyum
lebar dan tak lama tiba-tiba terdiam. " Lalu ibunya bagaimana
dok?" tanya mas ozi.
"Ibunya masih dalam tahap pemulihan, mungkin kita tunggu
30 menit lagi untuk melihat perkembangannya." Kata
dokter tersebut.
Lalu dari dalam ruangan, dua
orang suster keluar menggendong bayi kak syila, untuk di adzani oleh mas ozi.
Mas Ozi menggendong bayi yang laki-laki untuk di perdengarkan suara Adzan.
"Allahu akbar, Allahu akbar" mas ozi mengadzani
bayi laki-lakinya hingga selesai dan kemudian disusul dengan iqomah, begitu
pula pada bayi wanita. Saat itu adalah saat yang mengharukan bagiku, walau bayi
itu bukan lahir dari rahimku. Aku merasakan meraka bagaikan putra-putriku
sendiri, terlebih saat aku mengendongnya ketika akan diadzani, mereka nampak
nyaman dalam gendonganku.
"Dok..!! dokter" suara teriak dari
dalam ruang operasi.
"Kondisi ibunya tiba-tiba menurun. Detak jantungnya
melemah, dan tekan darahnya tidak stabil". Suara
tersebut menginformasikan kondisi mas syila.
Mas ozi pun menyerahkan bayi perempuan yang ada dalam
gendongannya kepadaku, kemudian dia bergegas lari kedalam ruangan operasi. Aku
coba menunggu diluar menggendong si kembar. Tak beberapa lama mas ozi pun
keluar, bunda sayang masuk lah. "Umi ingin bertemu si kembar dan bunda".
Katanya sambil menuntunku masuk.
Aku pun tak lama sudah ada dihadapan kak syila, kak syila
tampak pucat dan lemah, aku tak kuat melihatnya.
"Kak lihat ini kak, ini bayi kakak. Mereka kembar,
laki-laki dan perempuan". Kataku sambil memperlihatkan si kembar. Kemudian
aku mendekat dan merendah, untuk berdiri dengan lututku agar si kembar dapat
disentuh oleh kak syila.
Kak syila pun tersenyum dan membelai si kembar, mereka berdua
tampaknya mengenali sentuhan ibunya. Mereka yang menangis tiba-tiba terdiam.
"kakak ingin beri nama siapa?" kataku.
Mas ozi mendekat, dia pun berdiri disampingku dan membungkuk.
"Abi serahkan nama mereka sama umi, abi ingin nama mereka pemberian
umi". Seru mas ozi.
Kak syila tersenyum, "umi sebelumnya sudah memiliki
nama bila ia laki-laki, bi?" kata kak Syila terbata-bata.
"Siapa mie, siapa nama putra kita". Tanya
mas ozi, dan aku hanya tersenyum dan mengangguk dengan maksud memberi pesan,
ayo katakan kak.
"Namanya…, Khoirullah Alif Rizky Fauzi, artinya Kebaikan
Allah melalui Alif sebagai Rizki kemenangan". Ucap
kak syila, dan kami pun mengamini.
"Kalau yang perempuan siapa namanya kak?" Tanyaku
pada kak syila.
"kakak belum memikirkannya dek" jawab
kak syila lemah.
"Abi ada gak nama buat si cantik" tanyaku
ke mas ozi.
Mas ozi menggelengkan kepalanya.
"Hmmm bagaimana kalau kita beri nama Khaerunisa Alya
rizky Fauzi? Yang artinya Sebaik-baiknya wanita dipuncak rizky
kemenangan". Kataku dengan semangat.
"Khoirullah Alif
Rizky Fauzi dan Khaerunisa Alya Rizky Fauzi, tampaknya bagus dan cocok untuk
mereka berdua, bagaimana menurut umi?" Kata mas ozi sambil
menggengam tangan kak syila.
"Umi suka Bi, umi suka sekali nama keduanya." Ucap
kak syila lalu tersenyum. "Ukhhukkk ukhhh." Kak syila
terbatuk, mungkin terlalu senang.
"Abi… Dek Aqilla…" kak
syila memanggil kami.
"Abi umii titip, Alif dan Alya ya bi, dan tolong jangan
penah sakiti Aqilla apalagi menelantarkannya". Ucap
kak syila semakin lemah.
Baru saja mas ozi ingin bicara, kak syila mengangkat jarinya
kearah bibir mas ozi, dan kembali berkata. "Aqillah…, Kakak titip ya
alif dan alya sayangi dia sebagai anak kandungmu sendiri. Satu lagi dek, kakak
pesan patuhi suamimu dan janganlah kamu berbuat nuyuz, kamu mau kan berjanji
buat kaka".
Aku tidak bisa berkata-kata, aku hanya mengangguk dan
meneteskan air mata. Suster mengambil si kembar dari gendonganku. Mas ozi
bangkit dari duduk, didekatkannya wajah mas ozi diatas wajah kak syila.
"Umi mau kemana? Apa umi sudah tidak sayang abi lagi?
Umi tidak mau kita bermain bersama dengan putra putri kita?" tanya
mas ozi dengan nada lirih.
"Abi kenapa nangis, abi gak usah cengen ahhh. Umi gak
rela abi yang cengeng". Kata kak syila sambil
menaruh kedua tanganya di pipi mas ozi, diusapnya air mata mas ozi dengan ibu
jarinya.
"Umi akan tetap bersama kalian, ada bunda aqillah yang
akan mewakili umi untuk main dengan putra-putri kita". kembali
kak syila berkata.
Aku tak tahan dengan kondisi ini, aku jatuhkan diriku hingga
terduduk, aku tutupi mulutku dengan kedua tanganku, dengan maksud meredam suara
tangisku.
"Dek aqillah, kemari sayang. Kemarihlah adik ku?" minta
kak syila.
Aku pun bangkit, ku terdiam sebentar untuk kuatkan batinku.
Lalu aku berjalan memutar dan berdiri disamping kiri kak syila terbaring. Kak
syila raih tanganku, dia taruh tanganku di atas dadanya, dan dia pun meraih
tangan mas ozi dan menaruhnya diatas tanganku.
"Berbahagialah, aku hadir dalam hidup kalian hanya
sebagai perantara untuk mempertemukan kalian, maafkan atas segala
kesalahan-kesalahanku. Bi, Aku dan Aqilla adalah tulang rusukmu yang hilang dan
patah menjadi dua. Namun salah satu diantara kami sedikit rapuh, umi mohon maaf
tidak bisa bersama-sama kalian dalam waktu yang lama, tapi umi bahagia kita
dapat bersama." Pesan kak syila pada mas ozi.
"umi.. cukup umi jangan lagi bicara begitu" bentak
mas ozi.
"Kak mohon kak mohon.." Tangisku
memekik.
Mamah dan papah melangkah kearahku dan memelukku, seolah-olah
memberi kekuatan kepadaku.
Kak syila tak mempedulikan
tangisanku dan kesedihan pada wajah mas ozi, dia meneruskan pesannya.
"Aqillah, kelak kita berdua kan bersama-sama menjadi
bidadari syurga melayani imam kita, jagalah iman mu dan ingatkanlah imam mu.
Agar kita bisa berbahagia bersama disyurgaNya. Abi… bunda.. Umi tunggu kalian
dipintu syurga, kelak kita akan masuk bersama, meraih kebahagiaan yang
abadi".
Dan setelah itu dia menyebutkan "ASYHADU AL LA ILAHA
ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADARRASULULLAH."
"Tuttttttttttttttt" alat
pengukur jantung pun menunjukan grafik lurus.
"Permisi, maaf tolong geser sebentar" kata
tim dokter dan perawat. Mereka memberikan alat kejut jantung pada kaks Atsyila.
Setelah berulang-ulang dilakukan, akhirnya dokter pun menyerah, dan dokter pun
menggelengkan kepala.
"Innalillahi wa innalillahi raji'un…" terucap
dari bibir mas ozi. "Abi ridha sayang, abi ridha. Semoga Allah menerima
amal baik mu dan pengorbananmu untuk bahagiakan kami yang kau tinggalkan".
ucap mas ozi menyambung kalimatnya.
Aku melangkah ke arah mas ozi, aku peluk dia. Dia pun
membalas pelukanku, dia usap air mataku dan mengecup keningku. "Abi
berjanji akan menjaga bunda, tak akan abi ulangi kesalahan abi yang membuat umi
syila seperti ini pada bunda. Abi akan jaga bunda dan putra putri abi dari umi
syila dan bunda, abi akan penuhi amanah umi syila sebaik mungkin".
Mas ozi dan aku pun lalu segera mengurus kepulangan jenazah
kak syila, kami ingin pada sore ini juga lekas dimakamkan. Kami tak ingin kak
syila berlama-lama dimakamkan. Papah coba menghubungi kerabat dekat untuk
memberitahukan wafatnya kak syila.
Akhirnya jam 04:30 jenazah kak syila dan kami pun tiba
dirumah. Sepanjang perjalanan, saat dimandikan dan akan dikafani. Kami yang ada
didekat kak syila seperti mencium semerbak wangi melati, semakin lama wangi itu
semakin menyerbak. Mungkinkan ini tanda kebaikan wanita shaleha disaat dia
berpulang kerahmatullah.
Akhirnya prosesi pemakaman pun selesai, sesampainya dirumah
sekali sepulang dari makam, aku merasa letih. Mataku berkunang-kunang, perutku
mual rasanya apa yang ada diperut ini ingin keluar semua.
"bunda kenapa?" kata mas ozi
"Bunda masuk angin bi, perut bunda mual" kata
mas ozi.
"Bunda yakin cuma masuk angin bi?" tanya
mas oji kembali memastikan.
"Iya Biii" belum selesai aku berkata,
tiba-tiba gelap.
Ketika aku sadar, aku dapati
aku sudah terbaring diatas kasur. Aku pindai sekelilingku, ternayata aku berada
didalam kamarku. Kulihat mas ozi ada disampingku, dia tersenyum manis dan
sesekali dia menciumi punggung tanganku yang ia genggam.
Kulihat mamah membawa segelas air putih, lalu mamah berikan
ke mas ozi. Mas ozi membetulkan posisiku. "Bunda minum dulu ya" pintanya
sambil mendekatkan gelas yang dia pegang ke bibirku.
Aku pun meminumnya, kesadaranku pun mulai pulih. Sedikit demi
sedikit tenagaku pun mulai terkumpul. Aku membetulkan kembali posisiku, mas ozi
membatuku, dan menyandarkan kepalaku didadanya.
"Apa yang terjadi bi?" tanya
ku pada mas ozi.
"Ada mukzizat sayang…" jawab
mas ozi sambil membelai rambutku.
"Maksud abi…?" tanya ku kembali.
"Mamah dan papah bunda akan menjadi nenek dan kakek dari
anak kita yang ada dalam perut umi sekarag!!!" kata
mas ozi dengan penuh bahagia.
"Abi gak bercanda kan?" aku
meyakinkan diri dengan jawaban mas ozi.
"Benar anak ku, mamah bentar lagi akan punya cucu dari
kamu". Kata mamah.
"Alhamdulillah ya Robb,, subhanallah Engkau maha kuasa
atas diri ini.,, setelah ujian penuh kesabaran kau berikan.,, kini kau berikan
aku kebahagiaan.,, insyaallah aku kan tetap bersyukur kepadamu, karena ini juga
bagian ujian bagiku kepadamu". Ucapku seraya bersujud
syukur, karena selama ini aku sudah divonis tak akan bisa memiliki lagi
keturunan karena rahimku telah di angkat.
08-08-2013
Setahun lebih sudah kak syila meninggalkan kami. Alif dan
alya hampir dua tahun sudah ditinggalkan kak Syila. Aku dan mas ozi sering
berziarah ke makam kak syila saat pulang ke aceh, kami tidak bisa datang setiap
saat. Karena aku sekarang tinggal bersama mas ozi di Surabaya, mas ozi tidak
lagi mau meninggalkan kami.
Tapi Alhamdulillah, idul fitri kali ini kami bisa datang
berlima. Mas Ozi, aku, alif, alya dan atsyila.
Dalam hati ku berkata.
Kak Syila kami datang.
Aku dan mas ozi membawa putra-putri mu kak, Alif dan Alya.
Perkenalkanlah kak putriku bersama mas ozi, berkah yang Allah beri atas
usahamu. Asyila Shasha Tihani, namanya persis namamu kak. Karena kami tak ingin
kehilanganmu, kau tetap bagian dari kami walau kau telah tiada.
Kak..
Lihat lah mas ozi,
dia semakin gemuk. Alhamdulillah mas ozi sehat, dan juga anak-anak kita bertiga
kak. Insyaallah aku akan selalu menjaga mereka semampuku, seperti engkau memperjuangkan
kami.
Dan terima kasih pula aqillah ucapkan kepada kakak, kakak
berikan suami yang penuh cinta dan sayang. Dia tidak posesif, apa lagi
mengekang dan berlaku kasar, melainkan aku selalu diberikan perhatikan yang
istimewa, dia selalu memperhatikan kesehatanku, kebutuhanku dan keinginanku.
Terima kasih untukmu wahai malaikatku, tunggu kami dipintu
syurga-Nya sebagai mana engkau berkata dulu.
Lalu si kecil alif berkata.
"Bunda-bunda siapa cih yang bobo disana".
"ia mah, alya baru kali ni kecini" sambung
alya
Kulihat mas ozi berkaca-kaca mendengar kalimat dari alif dan
alya.
"Alif dan alya, bunda kasih tau yach" kataku
sambil menarik nafas panjang "yang bobo didalam sana itu umi malaikat,
ibu yang sudah menyelamatkan alif dan alya untuk bersama bunda dan abi."
Kataku menjelaskan kepada mereka siapa yang ada disana.
"Oh umi malaikat ya bunda" kata
alif seolah-olah faham
"Pasti cantik sekali kaya alya" sambung
alya menimpali kalimat alif.
Mendengar seprti itu, mas ozi langsung merengkuh kami
berempat dan berkata "Kalian adalah harta abi yang tak ternilai, dan
abi akan menjaga kalian seperti syila memperjuangkan kalian untuk abi".
TAMAT