Sabtu, 28 April 2012

AKU DIMAKAMKAN HARI INI....







Perlahan,
tubuhku ditutup tanah,
perlahan,
semua pergi meninggalkanku,
masih terdengar jelas langkah langkah terakhir mereka
aku sendirian,di tempat gelap yang tak pernah terbayangkan sebelumnya,
dingin dan sendiri,menunggu keputusan...


Istri, belahan hati, belahan jiwa pun pergi,
Anak, yang di tubuhnya darahku mengalir,
tak juga tinggal,
Apalagi sekedar tangan kanan,
kawan dekat rekan bisnis,
atau orang-orang lain,
aku bukan siapa-siapa lagi bagi mereka.....


Istriku menangis,sangat pedih,
aku pun demikian !
Anakku menangis, tak kalah sedih,
Dan demikian aku juga,
Tangan kananku menghibur mereka,
kawan dekatku berkirim bunga dan ucapan,
tetapi aku tetap sendiri disini,
menunggu perhitungan ...


Menyesal sudah tak mungkin,
Tobat tak lagi dianggap,
dan ma'af pun tak bakal didengar,
aku benar-benar harus sendiri...
karena ku tahu...
sejak aku lahir
aku tahu....
aku harus mati !!!


Ya Tuhanku,
(entah dari mana kekuatan itu datang, setelah sekian lama aku tak lagi dekat dengan-Nya),
jika kau beri aku satu lagi kesempatan,
jika kau pinjamkan lagi beberapa hari milik-Mu,
beberapa hari saja...
atau beberapa menit saja !


Aku harus berkeliling,
memohon ma'af pada mereka,
yang selama ini telah merasakan zalimku,
yang selama ini sengsara karena aku,
yang tertindas dalam kuasaku.
yang selama ini telah aku sakiti hati nya
yang selama ini telah aku bohongi....


Aku harus kembalikan, semua harta kotor ini,
yang kukumpulkan dengan wajah gembira,
yang kukuras dari sumber yang tak jelas,
yang kumakan, bahkan yang kutelan.
Aku harus tuntaskan janji janji palsu yg
sering ku umbar dulu.....


Ya .... Tuhanku,
beri lagi aku beberapa hari milik-Mu,
untuk berbakti kepada ayah dan ibu tercinta !


teringat kata kata kasar dan keras yg menyakitkan hati mereka,
maafkan aku ayah dan ibu ,
mengapa tak kusadari betapa besar kasih sayangMu !


beri juga aku waktu,
untuk berkumpul dengan istri dan anakku,
untuk sungguh sungguh beramal soleh ,
Aku sungguh ingin bersujud dihadap-Mu,
bersama2 degan mereka ...


begitu sesal diri ini,
karena hari hari telah berlalu tanpa makna
penuh kesia-sia'an belaka,
kesenangan yg pernah kuraih dulu,
kini tak ada artinya,
sama sekali mengapa ku sia sia'kan saja ,
waktu hidup yg hanya sekali itu
andai ku bisa putar ulang waktu itu ...


Aku dimakamkan hari ini,
dan semua menjadi tak terma'afkan,
dan semua menjadi terlambat,
dan aku harus sendiri,
untuk waktu yang tak terbayangkan ...


Astaghfirullah hal adzim....
Irhamnaa Ya arhamarrohimmin !
Ya,ghofar,
Ya,Aziz,
Ya,Rohman,
Ya,Rohiim,
Ya,Robbal alamiin.


"[36:54] Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dgn apa yg telah kamu kerjakan !"


Mudah2an bisa menjadi Renungan buat kita semua....
agar kita lebih bijaksana dlm mengarungi bahtera kehidupan yg hanya...
sebentar saja.....

BAHAGIAKU KARENAMU IBU...








“Ridho, Allah tergantung dari ridho orang tua”

”Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orangtuaku. Kasihilah keduanya sebagaimana mereka mengasihiku sedari kecil”.

IBu.. Engkau..
Bahagiakan ku dengan ketulusan mu
Bahagiakan ku dengan senyuman mu
Tentramkan ku dengan zikir mu
Teduhkan ku dengan restu mu
Doakanlah aku ibundaku

Terima kasihku pada ibunda
Atas segala restu ikhlasmu
Terima kasihku pada ibunda
Atas limpahan kasih sayangmu
Hormat takzimku selalu

Ku bersyukur padaMu Ya Rabbi
Karena Bundaku sehat selalu
Dan berharap akan ridhoMu
Dengan ridho ibundaku
Dengan restu ibundaku
Dengan doa ibundaku


= = = = = = = = = = = =

Diakhir tulisan ini, Aku hanya ingin mengucapkan Selamet Ulang tahun tuk ibu tercinta. semoga engkau bahagia memiliki anak seperti aku, walaupun terkadang aku sedikit bandel dan manja..
Maafkan aku ...bu, aku belum bisa berbuat banyak dalam membahagiakanmu. smoga Allah menyayangimu selalu...dan memberikan keberkahan atas umur mu. aamiin allahumma aamiin. :')



KISAH SEEKOR KUPU-KUPU

Seseorang menemukan kepompong seekor kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati dalam beberapa jam calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.

Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan. Kelihatannya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak bisa lebih jauh lagi. Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong itu. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayap mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat, sayap- sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.

Semuanya tak pernah terjadi.

Kenyataannya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayap mengkerut.


Dia tidak pernah bisa terbang.

Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalah bahwa kepompong yang menghambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Allah SWT untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu ke dalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.

Kadang-kadang perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Allah SWT membiarkan kita hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita. Kita mungkin tidak sekuat yang semestinya yang dibutuhkan untuk menopang
cita-cita dan harapan yang kita mintakan. Kita mungkin tidak akan pernah dapat "Terbang". Sesungguhnya Allah SWT itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita memohon Kekuatan…Dan Allah SWT memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.

Kita memohon kebijakan…Dan Allah SWT memberi kita Berbagai persoalan Hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.

Kita memohon kemakmuran…Dan Allah SWT memberi kita Otak dan Tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran.

Kita memohon Keteguhan Hati…Dan Allah SWT memberi Bencana dan Bahaya untuk diatasi.

Kita memohon Cinta…Dan Allah SWT memberi kita orang-orang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.

Kita Memohon kemurahan/kebaikan hati. Dan Allah SWT memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.

Begitulah cara Allah SWT membimbing Kita.

Apakah jika saya tidak memperoleh yang saya inginkan, berarti bahwa saya tidak mendapatkan segala yang saya butuhkan?

Kadang Allah SWT tidak memberikan yang kita minta, tapi dengan pasti Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti mengenal, bahkan tidak mau menerima rencana Allah SWT, padahal justru itulah yang terbaik untuk kita.

Tetaplah berjuang…berusaha…dan berserah diri…

Jika itu yang terbaik maka pasti Allah SWT akan memberikannya untuk kita.

*** WAJIB DIBACA.. SMOGA BERMANFA'AT ***

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
“Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan,
“Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.

Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata,
“Ayah, aku yang melakukannya!”
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.

Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,
“Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”
Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.

Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun Aku berusia 11. Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten.

Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.”

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata,
“Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.”

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku.

“Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata ber- cucuran sampai suaraku hilang.

Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) . Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana! “Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”

Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?”Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku.

Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. ..”Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.”Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.

Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23. Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini.Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya?

Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu..”Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya.
“Tidak, tidak sakit.Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…”Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.

Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.

Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
“Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan.
Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”
“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku.

Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya.

Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.Kata- kata begitu susah ku ucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

SEPENGGAL KUE UNTUK ABDULLAH DAN AISYAH

mama memang mengerti apa yang aku mau.. sajian hidang lezat telah tersedia di meja makan.. hmmm.. fikirku.. tapi entah kenapa aku teringat sosok kakak beradik pengemis yang aku jumpai di kantin kampus kemarin.. mereka mengais butir-butir nasi di dalam kerumunan lalat, bahkan makanan yang hampir basi pun mereka makan, yang aku herankan, tak ada raut beban diwajah mereka, mereka makan bersama dengan penuh canda tawa dan rasa bersyukur,ya Allah ku dekati mereka dan ku tanya nama mereka, abdullah dan aisyah nama mereka, sungguh nama yang indah se indah hati mereka, ku tanya lagi " adik-adik, dimana ayah dan bunda mu" mereka tidak ikut makan bersama kalian..?? sesa'at itu juga raut wajah mereka berbinar-binar seakan menahan pilu, abdullah sang kakak menjawab "kakak, hari ini tepat dimana ayah bunda kami wafat, kami dari semalam mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk membelikan bunga-bunga dan lain nya untuk berziarah ke kubur mereka, maka dari itu kami hari ini makan dari tong sampah, mungkin kakak jijik dengan kami, berdua.. sejenak adik kecil itu menahan nafas, dan ku lirik adik nya Aisyah yang masih menikmati makanan nya, lalu yang membuat ku tersentuh ketika abdullah berkata, " kami percaya tuhan itu tidak tidur, tuhan pasti selalu menjaga senyum umat nya yang tidak patah semangat, kami memang masih kecil, bahkan pendidikan pun kami tak punya, tapi hidup di jalanan membuat kami belajar arti ke ikhlasan dalam dunia".. ya Allah...... seperti tersambar petir, hatiku di hujam bagai 1000 duri menusuk nya, aku di cambuk oleh perkata'an seorang anak. aku disadarkan mama dari lamunan ku tentang mereka.. mama bertanya kepadaku "aldi kamu menangis?" ya Allah,, aku menangis..?? benarkah itu hidayah yang kau kirimkan kepada sepasang anak jalanan itu..??? ucap ku dalam hati seraya meninggalkan senyum buat mama sepeninggal ku ke kamar, selera makan ku pun hilang.

sebulan kemudian, seakan masih terasa dalam hati perkata'an kakak beradik itu, ku lajukan mobil ku munuju kampus.. usai mata kuliah aku duduk di kantin.. mata ku mencari-cari dimana kakak beradik itu..?? aku ingin memberikan sedikit uang untuk mereka yang ku kumpul kan dari bula lalu. ku coba bertanya pada ibu kanti tapi beliau tidak tahu. ya Allah harus kemana aku mencari malaikat kecil mu..??
pucuk di cinta ulam pun tiba, dengan tergopoh-gopoh aku menuju mobil, seakan putus asa, mata ku menangkap sosok anak kecil berjalan dengan baju compang camping, wajah nya kusut, tampak air mata masih membekas di pipi nya, ku coba lebih dekat memperhatikan nya, masyaAllah..!!!!!!! itu Abdullah.. segera ku kejar dan ku balik kan badan nya.. sesa'at itu juga abdullah memeluk ku dan menangis.. ku coba bertanya kepada nya "hai adaik kecil kenapa dirimu menangis..?? ada yang menggangu mu..?? dan mana aisyah adik cantik mu..??" pertanya'an bertubi-tubi ku semakin menambah ras penasaran ku, apa yang sebenar nya terjadi.. ku papah tubuh abdullah yang lemah kepinggir jalan, ku bawa ia ke sebuah warung untuk memberinya sititik air minum, ku lihat raut wajah nya mulai tenang,, ku coba kembali menanyakan pertanya'an ku yang belum terjawab oleh abdullah, "adik, kamu belum menjawab pertanya'an kakak, apa yang terjadi dik..???
abdullah menatap tajam padaku, air mata kembali mengucur deras di pelupuk mata nya, rasa tanya semakin besar dalam hati ku.. perlahan dan terbata-bata abdullah menjawab.." kakak, aku tadi usai menguburkan jazad......" tak sabar maka aku pun memotong pembicara'an nya, " jazad............??????????? jazad siapa dik....??????? siapa..????" perasa'an ku berkecamuk sa'at itu.. abdullah dengan di iringi tangis bercerita padaku " kakak, adik ku aisyah telah di jemput ayah bunda.. adik ku keracunan makanan yang kami dapat dari tong sampah.. karna malam itu kami tidak punya uang, dan perut kami lapar.. setelah kami memakan nya dan pergi tidur aku menemukan tubuh aisyah pucat dengan busa di bibir mungil nya..........." abdullah mengusap air matya nya, dan aku tahu dia mencoba untuk tegar sebagaimana kaum laki laki, cerita abdullah ku potong " sudah dik, kakak mengerti, mati itu adalah hak nya manusia, sudah sepantas nya aisyah mendapatkan hak nya, jangan kau membuat nya susah di alam sana dengan tangisan mu.." ku lihat wajah abdullah.. ia tertunduk mengusap air mata nya.. seperti nya ia mulai tenang.. dan ku lanjutkan perkata'an ku.." Allah pasti menempat kan aisyah di tempat yang mulia abdullah.. karena ia beruntung mempunyai kakak seperti mu.. kau kuat abdullah, kau harus kuat.." ku lihat kembali wajah abdullah, ku pegang pundak nya tanda semangat dari ku.. ku seka air mata diwajah mungil abdullah yang penuh dengan debu. setelah berapa lama, abdullah minta pamit kepada ku, karena waktu dzuhur sudah tiba, ia izin untuk pergi ke mesjid kepada ku, ia ucapkan salam kepada ku dan ia beranjak pergi.. mata ku terus membuntuti nya sampai hilang disebuah belokan.. dalam hati aku bergumam " ya Allah mengapa engkau renggut kebahagia'an dari hidup abdullah..?? apakah kebahgia'an itu tidak pantas bagi abdullah" ku sapu air mata, dan ku tancap mobil ku menuju rumah.

seminggu berlalu, sebulan, dua bulan, dan tiga bulan, luka kepergian aisyah masih membeku di hati ku.. sore itu aku berniat menjumpai abdullah di mana ia biasa berada.. hati ku cukup senang sa'at itu dengan membayangkan raut wajah abdullah ketika mendapat kue yang aku belikan khusus untuk nya pada pagi tadi.. hari ini aku tidak kuliah, bergegas aku mandi dan melangkah pergi dari rumah dengan membawa kue yang akan aku berikan pada abdullah.. sesampai nya di tempat abdullah biasa ku temui, aku tidak melihat sosok nya di mana pun.. sekitar satu jam aku mengitari tempat itu, aku bingung melihat segelintir masyarakat di sekitar tempat universitas ku yang sudah tak asing lagi wajah nya.. aku menghentikan salah satu dari segerombolan iring iringan itu yang ku tahu nama beliau adalah pak widodo, namun jawaban yang ku dapat membuat hati ku semakin penuh tanda tanya, pak widodo mengatakan kalau dia baru saja dari pemakaman seorang gelandangan yang meninggal di teras masjid dengan sapu yang menggeletak di samping nya, tapi tak ada yang mengenal sosok orang itu. keingin tahuan ku semakin mendorong ku melangkah pasti dari mana iring iringan itu berasal, kue untuk abdullah pun terlupakan sejenak, aku sunggu sangat ingin tahu sosok jenazah yang meninggal mulia pada sa'at ia membersihkan mesjid, setidak nya itu berita yang ku kumpulkan dari pak widodo, tak lama aku berjalan, sampai lah aku di komplek pekuburan muslim tak jauh dari tempat ku bertemu pak widodo, mata ku mencari-cari di mana letak kuburan nya, akhir nya mataku tertuju pada sebuah gundukan tanah yang masih merah.. ku coba mendekat perlahan, dan seakan semangat ku di cabut paksa ketika membaca nisan yang tertera bertuliskan "ABDULLAH BIN MAHMUD" yang meninggal pada tanggal 24 april tahun 2008. ya Allah... aku tersimpuh di atas kubur abdullah.. kue yang ku bawa pun berantakan berhamburan di tanah.. aku menangis sejadi jadi nya.. dalam hati aku berkata " ya Allah... sebuah waktu yang singkat bagi ku bertemu dengan malaikat kecil mu.. andai waktu dapat ku putar.. aku ingin sekali mencium kening aisyah dan abdullah.. merangkul mereka dalam kedamaian.. tapiii..." tangis ku makin deras mengucur keluar dari pelopak mata ku.. lama ku memeluk kubur abdullah, tak terasa matahari senja mulai tiba. ku kumpulkan puing puing kecil kue yang akan aku beri kan pada abdullah, tangis kembali warnai hari yang sangat berat untuk ku, ku letak kan serpihan kue itu di atas kubur abdullah. sebelum aku beranjak pergi, ku layang kan do'a-do'a untuk abdullah.. aku berharap dikemudian hari Allah mengirimkan sosok aisyah dan abdullah kembali kemuka bumi ini, agar orang banyak mampu belajar arti sebuah hidup dari mereka. ku tinggalkan secarik kertas yang pada mula nya untuk memberi ucapan pada abadullah di atas kue nya, ku tuliskan " ADIK ABDULLAH, KUE INI KAKAK BELIKAN UNTUK MENEBUS IMBALAN DARI PELAJARAN IKHLAS DAN BERSYUKUR KEPADA ALLAH, MUNGKIN TAK SEBERAPA, TAPI DARI SOSOK KALIAN KAKAK BELAJAR BANYAK TENTANG ARTI MEMILIKI DAN BERSYUKUR. TENANG LAH KAU DI ALAM SANA.. KAKAK SELALU MERINDUKAN MU.. TEMUI AISYAH DAN ORANG TUA MU.. SMOGA KELUARGA KECIL KALIAN MENDAPAT KEBAHAGIA'AN DISURGA,."
aku melangkah pergi dari kubur abdullah, sekali-kali ku toleh kembali ke arah kubur nya.. satu hal yang ku ingat sampai sa'at ini, yaitu " KETIKA PERTAMA BERJUMPA, SENYUM MEREKA DI SA'AT MEREKA MAKAN DARI TONG SAMPAH, DAN AKU TAHU PASTI MAKANAN ITU PASTI SANGATLAH TIDAK ENAK, TAPI MEREKA........."

SEBUAH RANTING MENYADARKAN UMAR

Pagi itu Nampak cerah, siulan burung kian bersahutan menyambut pagi, disebuah bukit berdirilah sebuah rumah yang Nampak sudah rapuh termakan rayap, dibilik bamboo teras rumah itu Nampak seorang wanita tua sedang menganyam tikar bambu, titk peluh membasahi wajah nya, ia seorang janda yang ditinggalkan suami nya wafat, dari kejauhan Nampak seorang anak laki-laki setengah baya sedang memikul kayu bakar, umar nama lelaki itu, ia anak dari hadijah, janda tua itu. Sesampai nya di teras rumah umar duduk bersilah sambil mengibas kan topi caping nya, Nampak ia sangatlah lelah, sang ibu beranjak seraya bertanya, “ anak ku kau Nampak lelah, apa kau ingin segelas air minum nak..? biar ibu ambil kan, umar pun menjawab seraya membereskan kayu bakar “ terimakasih bu, aku memang sangat haus bu..” dengan segera hadijaah pergi ke dapur mengambilkan air minum untuk anak semata wayang nya. Sekembalinya di teras rumah, hadijah pun meletak kan segelas air putih di bilik bambu seraya berkata “ umar anak ku, ini minuman yang kau pinta..! minum lah dulu, biar ibu yang nanti membereskan kayu bakar itu” umar menjawab seraya beranjak menghampiri ibu nya “ iya bu,” jawab nya singkat. Seteguk air putih membasahi tenggorokan nya, Nampak umar kembali segar dan ia langsung berdiri, hadijah bertanya heran “ mau kemana kamu anak ku “ umar menjawab seraya menoleh kearah ibu nya “ aku ingin melanjutkan pekerja’an ku membereskan kayu bakar itu bu” “duduk lah dulu sebentar di sini umar ada yang ibu ingin bicarakan padamu “ jawab ibu nya singkat, umar pun mengurung kan niat untuk melajutkan pekerja’an nya, tanda Tanya menyelimuti hati nya, apa gerangan yang ingin ibunda nya bicarakan. Hadijah pun memulai pembicara’an nya “umar, kau tumbuh pesat dan sudah sa’at nya kau berkeluarga..apa kau sudah siap..?” umar menghela nafas panjang, lama ia menjawab pertanya’an ibu nya, akhir nya umar menjawab “ bu.. aku masih ingin berbakti pada ibu, aku masih ingin membahagiakan ibu..” hadijah pun menghela nafas panjang seraya berujar

“ umar salah satu kewajiban orang tua ia lah menyegerakan pernikahan anak nya, ibu tidak ingin mengulur waktu, karna seorang anak adalah titpan tuhan, dan orang tua memikul beban anak nya sampai ia sudah menikah “
umar menghela nafas panjang tanda konflik di dalam batin nya berkecamuk, akhir nya ia mengambil keputusan final setelah menimbang-nimbang perminta’an ibunya, umar berkata “ baik lah bu, akan ku cari pendamping hidup lebih awal” jawab umar singkat seraya pergi meninggal kan ibunya keluar.


Selang beberapa bulan, tibalah sa’at nya umar meminang gadis puja’an hati nya yang ia idam-idam kan, cantik paras nya, dan cukup berada, umar berfikir dengan ia meminang gadis itu dapat memperbaiki perekonomian keluarga nya, acara perkawinan pun berlangsung sederhana di rumah umar di saksikan ibunda tercinta umar, waktu demi waktu berlalu, Nampak keluarga umar bahagia di rumah umar, namun seiring dengan waktu, kepribadian istri umar pun mulai terkuak busuk nya, ia menghasut umar agar membuang ibu nya yang mulai menyusahkan dirumah nya ke dalam hutan, namun umar tergolong anak yang berbakti, ia tidak begitu saja melakukan perintah dari istri nya tersebut, malah berapa kali umar dan istri nya terjadi cek cok mulut, pada suatu hari hadijah yang mulai rentan termakan usia secara tidak sengaja mencuci pakaian umar yang di dalam nya terdapat beberapa lembar uang gajih nya semenjak bekerja menjadi seorang mandor di perkebunan mertua nya, sepengetahuan nya umar bahwa uang telah tercuci, umar pun marah besar kepada ibu nya,
syetan pun kegirangan melihat tingkah umar si anak sholeh yang dirasuki amarah, syetan pun mengambil bagian disa’at seorang manusia di landa amarah, sehingga mudah bagi nya untuk menghasut umar
melihat keada’an seperti itu sang istri umar berteriak kegirangan di dalam hati nya, seperti api yang di masukan kayu kering, kemarahan umar semakin menjadi-jadi, hal yang semula tidak ia ingi kan untuk membuang ibu nya dengan segera umar bertingkah semena-mena terhadap ibunya, umar berkata dengan nada geram “ dasar lancang kau perempuan tua, tak ada yang menyuruh mu mencuci pakaian ku, kenapa tanpa se ijin ku kau malah bertindak bodoh.” Cerca umar pada ibu nya, mendengar perkata’an anak nya hati hadijah hancur berkeping-keping mengingat umar anak yang shaleh dan bakti kepada orang tua, kini ia tega membuat ibu nya menangis. Hadijah menjawab seraya air mata yang sebenar nya tidak ingin ia perlihatkan di hadapan anak nya “ umar, ibu sedang sakit, bolehkah ibu menumpang sementara dirumah ini, jika ibu sudah sedikit sembuh, ibu akan segera menhilang dari pandangan mu anak ku” jawab hadijah pilu, sang istri pun ikut berbicara dengan pongah nya “ untuk apa..??? segeralah kau pergi nenek tua..” umar pun langsung menimpali dengan jawaban yang kasar. Astagfirullah… hadijah pun kembali berkata “ ibu tak mampu berjalan jauh nak, ibu sudah tua” jawab hadijah memelas. Langsung saja umar berkata “ biar aku yang menggendong mu pergi jauh dari sini.” Hati umar sudah berhasil dikuasai syetan, hilang lah sudah amal shaleh nya selama ini, hilanglah sudah jalan menuju syurga yang akan ia raih. Menangis hadijah, air mata itu keluar deras, tapi hadijah mencoba tegar, ia balas semua caci maki dari anak dan menantu nya sendiri dengan sebuah senyuman, pertanda ia ikhlas,

Singkat cerita, umar dan ibu nya pun sudah berjalan jauh dari rumah mereka, umar yang menggendong hadijah tak Nampak raut kesalahan sedikit pun di wajah nya, di sepanjang hutan yang mereka telesuri, hadijah Nampak pucat seraya mematahkan ranting-ranting pohon di sepanjang perjalanan, tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut hadijah dan umar. Sampailah umar di dalam hutan belantara, dan ia bergegas meninggal kan ibu nya di tengah hutan, tapi alangkah terkejut nya umar ketika ia berjalan sudah terlalu jauh dan ia lupa akan jalan pulang. Di dalam kebingungan umar, hadijah yang terbaring lemah di tanah berkata,

“ anak ku umar, aku sudah menduga hal ini akan terjadi, kau sangat marah pada ku sehingga kau tidak menyadari sampai mana kau berjalan.. disepanjang jalan kau membawa ibu pergi, ibu selalu mematah kan ranting-ranting pepohonan yang kita lalui, ikuti lah ranting – ranting itu nak, temui istri mu.. pulang lah..”

mendengar perkata’an hadijah hati umar bergetar hebat.. air mata membanjiri wajah nya.. segera ia memeluk ibu nya.. dan ketika itu juga hadijah berkata di tengah tubuh nya yang lemah

“ khilaf itu hak nya manusia nak.. meski ibu menangis, ibu tetap bangga mempunyai anak yang berbakti seperti mu.. ibu mema’afkan mu umar…!!”

Nampak suara hadijah melemah.. umar berkata dengan berhamburan air mata “ ma’afkan aku ibu,,, “ seraya memeluk tubuh hadijah yang terbaring ditanah.. umar mengulang perkata’an ma’af pada ibu nya sampai berkali-kali namun tak ada jawaban dari ibu nya.. umar mencoba mengangkat tubuh ibu nya dari rangkulan nya.. apa yang umar dapati…?? Jasad ibu nya mengembang kan satu senyuman penuh arti tanda hadijah yang mengasihi anak nya, walau umar telah melukai batin nya, rerumputan dan pepohonan menjadi saksi kepergian hadijah. Umar berada dalam penyesalan yang dalam,terhadap kesalahan nya sehingga membuat dirinya gila.

*** SEBERKAS CINTA AYAH DALAM KERTAS ***

Ada saudagar kaya yang sudah tua usianya. Hartanya sangat banyak. Sementara ia sudah tidak memiliki istri lagi. Ia kini hidup dengan seorang putranya.

Anak lelaki satu-satunya ini memiliki sifat yang berbeda dengan sang ayah. Ayahnya adalah orang yang sangat gigih dalam bekerja. Sedangkan anaknya, hanya bersenang-senang saja. Memang, saking banyaknya harta itu, tidak akan habis dimakan sampai tujuh turunan.

Saudagar kaya ini memiliki perpustakaan besar. Bahkan, terbesar di jamannya. Sewaktu muda, ia giat bekerja sehingga menjadi kaya raya seperti sekarang ini. Kini, ia ingin menikmati masa tuanya dengan tenang. Menikmati jerih payahnya sewaktu muda.

Ada satu sifat yang tidak disukai si anak dari diri ayahnya. Yaitu, ayahnya dinilai seorang yang pelit. Sang ayah sangat selektif dengan permintaan anaknya. sang anak merasa jengkel dengan sifat ayahnya ini.

Karena tidak setiap yang ia inginkan, bisa dipenuhi oleh ayahnya. padahal, apa yang ia inginkan, pasti bisa terjangkau dengan banyaknya harta yang dimiliki ayahnya.

Suatu hari, sang anak datang menghadap ayahnya. Ia berniat meminta sesuatu terhadap ayahnya. Sudah jauh-jauh ia menyusun rencana ini. Berharap ayahnya mau mengabulkan keinginannya.

“Anakku, kau nampak murung. Apa yang kau pikirkan?” tanya sang ayah.

“Ayah, aku sangat beruntung memiliki seorang ayah sepertimu. Nasibku tidak seperti orang kebanyakan yang serba kekurangan. pokoknya aku bangga menjadi anakmu.” ujar sang anak.

“Syukurlah!”

“Begini ayah, kemarin ketika aku jalan-jalan dengan mengendarai sepeda motor, aku terus diperhatikan oleh orang-orang yang kujumpai. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan tentang aku. Mungkin mereka merasa aneh, anak saudagar kaya hanya mengendarai sepeda motor!” si anak mulai menyentil.

“Maksudmu?”

“Beberapa hari yang lalu, aku melihat iring-iringan mobil ke arah kota. Aku berpikir, alangkah nyamannya naik mobil. Tidak kepanasan, seperti naik sepeda motor. Maka akupun berkeinginan untuk memiliki sebuah mobil. Apakah Ayah mau memenuhi keinginanku?”

Sang ayah menarik nafas panjang “Anakkku, Ayah kira dengan sepeda motor sudah cukup untukmu. Kau hanya berkeliling di sekitar sini saja kan?”

“Tetapi, aku sungguh ingin merasakan bagaimana rasanya naik mobil, Ayah!”

“Ayah akan pikirkan dulu. Besok akan Ayah berikan jawabannya.”

*****

Keesokan harinya, sang anak tengah duduk di ruang keluarga. Menunggu jawaban ayahnya. Dalam hati ia berdoa, agar ayahnya mau mengabulkan permintaaanya tersebut.

Tidak lama kemudian, sang ayah muncul dengan membawa sesuatu.

“Ayah, Bagaimana? Apakah Ayah setuju dengan keinginanku?”

“Anakku, Ayah ini sudah tua. Sebentar lagi mungkin Ayah akan mati. Dan tentu saja seluruh harta Ayah akan diwariskan kepadamu, karena hanya engkaulah ahli waris ayah satu-satunya.”

“Ayah setuju tidak dengan keinginanku?” sang anak sudah tidak sabar lagi.

“Anakku, tidak semua yang kita inginkan bisa kita raih, meskipun kita hidup berkecukupan. Tapi, kau sangat beruntung, karena engkau terlahir dari keluarga yang kaya raya. Yang kaubutuhkan, sudah Ayah siapkan. Ini!” sang ayah menyerahkan sesuatu kepada anaknya.

“Apa ini? Buku?”

“Ya”

“Jadi, Ayah tidak mengabulkan permintaanku?”

“Tunggu dulu, maksud Ayah….”

“Ayah memang pelit! Lebih baik aku pergi dari rumah ini!” sang anak beranjak meninggalkan tempat duduknya dan berlari meninggalkan rumah.

Sang ayah tidak dapat mencegah anaknya, bahkan tidak sempat memberikan pengertian dan persoalan yang sebenarnya. Kini ia tinggal sendiri. Sang anak pergi dengan meninggalkan kekecewaan. Sang ayah lebih kecewa, karena sang pewaris satu-satunya telah pergi.

*****

Beberapa tahun kemudian, anak saudagar kaya ini ingin kembali ke rumah. Ia menyesal telah meninggalkan ayahnya yang sudah tua. Ia juga merasa sengsara, hidup dengan usaha sendiri. Makan seadanya, pakaian yang tidak sebagus dulu, dan beragam kesusahan lainnya.

Penyesalannya semakin membuncah, taktala ia mendengar ayahnya telah meninggal. Ia merasa berdosa dan menganggap diri sebagai manusiai yang tak berguna.

Untuk menebus dosa-dosanya, ia berjanji dalam hatinya akan meneruskan apa yang telah diusahakan ayahnya selama ini. Menjaga dan mengelola harta yang ada. Juga akan mengubah tabiat buruknya.

*****

Tibalah anak itu di depan rumahnya. Sungguh ironis, rumah yang dahulu megah, kini nampak kumuh tak terawat. Karena setelah sang ayah meninggal, para pembantu di rumah itupun pergi.

Sebelum ia masuk ke rumah, ia menyempatkan diri untuk mengunjungi makam ayahnya yang berada tak jauh dari samping rumahnya. Ia tahu itu makam ayahnya, karena disana tertancap sebuah batu nisan atas nama ayahnya. Di depan makam ayahnya, ia menangis dan menyesali semua perbuatannya.

Setelah puas meyiram makam ayahnya dengan air mata. Anak ini kemudian masuk ke dalam rumah. terbayang lagi kenangan dahulu, ketika ia bercanda ria dengan ayah dan ibunya hingga kenangan pertengkarannya dengan sang ayah terakhir kali, sebelum ia meninggalkan rumah.

Matanya kemudian menangkap sebuah buku. Buku yang hendak diberikan ayahnya, sebagai pengganti mobil yang ia minta. Dengan tangan gemetar, diambilnya buku itu. Buku itu telah tertutup penuh dengan debu.

Perlahan-lahan, dibukanya lembaran demi lembaran dari buku itu. Ternyata, buku itu adalah kumpulan nasehat yang ditulis oleh ayahnya sendiri selama ia hidup untuk anaknya. Ketika ia membuka-buka halaman dari buku itu, tiba-tiba sesuatu terjatuh. Sebuah kunci mobil, lengkap dengan surat-suratnya. Di sana juga terselip tulisan: “Ayah menyayangimu!”

Kembali sang anak ini menangis. Kembali penyesalan menyergap dirinya.

“Ayah, maafkan anakmu” lirihnya dalam hati.

*** KU PETIK HIKMAH DARI AYAM GORENG ***

Pagi itu udara Nampak dingin menusuk tulang rusuk ku.. aku hari ini sedang berlibur di desa paman dan bibi ku.. desa yang sangat asri, Nampak di balik desa terlihat deretan gunung yang indah.. seperti berada di green land rasa nya.. hehehe..

Perkenalkan aku stevan. Aku dari kota.. kebetulan sudah sa’at nya libur kuliah.. dan aku lebih memiih suasana pedesa’an di banding mall.. rasa nya banyak berubah dengan pedesa’an di mana aku lahir ini.. Nampak pengaruh kota sudah banyak memasuki areal pedesaan ini.. di lihat dari segi transportasi nya. Semenjak aku pindah ke kota, aku selalu merindukan suasana damai tanpa sesak nya asap kendara’an bermotor dan riuh nya jalan-jalan dengan kemacetan, aku sangat ingat di kala ku masih kecil, setiap aku pergi ke sekolah aku selalu menaiki delman pak darmin dengan teman-teman ku.. walaupun berdesak-desak kan dengan sayuran yang di bawa pak darmin ke pasar, bagi kami tak ada masalah.. apalagi di sa’at teman ku warto terjatuh dari delman pak darmin karena ia mengantuk.. rasa nya aku seperti orang gila cengar cengir sendiri mengenang masa kecil ku..
Sejenak aku tersadarkan dari khayal ku yang merawang ke sana ke mari.. Fiuuhhh.. aku menghela nafas dalam-dalam.. sudah lebih 5 jam aku di dalam mobil.. ku lihat jam tangan ku sejenak.. Nampak jam masih merekat pada angka 4 pagi.. aku dan keluarga sengaja berangkat lebih awal karena jika terlambat sedikit saja macet mengepung mobil kami.. ini lah kota.. beda dengan pedesa’an.. ku lirik jok belakang Nampak wajah adik dan ibu ku sedang terlelap dalam buai angin pagi yang sangat dingin.. ku keluar kan slembar sarung dari dalam tas ku.. aku kasihan melihat adik dan ibu ku kedingininan.. ku rapat kan sarung itu ke badan mereka, Nampak tubuh mereka merespon sarung yang aku berikan, seperti nya dapat mengurangi rasa dingin udara pagi..

Ku lirik ayah di samping ku, mata nya terpaku pada jalan yang kami tempuh.. samar-samar ku lihat wajah ayah dari sorot lampu jalanan, Nampak beliau kelelahan menyetir.. aku ingin menggantikan posisi nya tapi ayah menahan ku dengan alas an ia masih kuat menyetir.. sorot mata ku pun beralih keluar jendela mobil, di luar masih sangat sepi, Nampak hanya deretan pohon-pohon yang di basahi embun pagi dan segelintir petani dengan kerbau nya.. tak puas rasa nya mta memandang dari dalam mobil.. ku buka perlahan kaca jendela mobil, Nampak raut senyum petani itu kepada ku.. aku pun membalas senyum ku pada petani itu..sungguh ramah orang-orang di desa ini fikir ku..

Tak terasa kami sudah melewati perbatasan kota, sedikit lagi kami sampai di desa.. tak sabar rasa nya aku ingin merebah kan diri di tilam.. aku tersentak membuyarkan lamunan ku, mobil kami berhenti di sebuah surau.. ku lirik lagi jam tangan ku.. hampir jam 5 pagi.. aku pun membangun kan ibu dan adik ku untuk bergegas mengambil air wudhu.. ayah Nampak nya sudah tak asing lagi dengan surau ini.. beliau berjalan lebih awal meninggalkan kami.. adazan sudah berkumandang, shalat berjama’ah dengan khusyuk kami laksanakan, oh tuhan betapa tentram jiwa ini.. gumam ku dalam hati.. namun ketika di teras surau, aku di kejut kan dengan seorang lelaki tua yang sangat dekil dan penuh debu, Nampak nya ia ingin melaksanakan shalat subuh juga di surau ini, ia membawa sebuah gerobak yang mungkin sudah tidak layak pakai lagi namun terlihat masih kuat. Bapak tua itu melayang kan senyuman nya pada ku.. aku tersentak kaget, dan ku coba membalas nya, namun bapak tua itu sudah memasuki surau, aku menaruh belas kasihan pada bapak itu.. tiba-tiba ayah membunyikan klakson mobil dan itu membuat ku kaget.. segera ku pasang sepatu ku dan dengan cepat ber lari kea rah mobil..

Singkat cerita, aku sudah tiba di rumah paman dan bibi ku, terobati sudah rasa rindu ku slama ini.. banyak cerita yang kami bagi.. begitu pula mereka.. di hari berikut nya, aku bangun pagi-pagi sekali, aku memang berniat pada hari ini untuk jalan-jalan mengitari desa yang membesarkan ku, aku pun pamit pada orang tua dan paman bibi ku.. huuuffttt.. sangat asri desa ini.. aku mengagumi keindahan di setiap perjalanan ku.. tak terasa matahari Nampak muncul dari balik pegunungan sana.. ohh betapa indah nya tuhan.. sejenak aku menghentikan kaki ku.. lama ku nikmati pemandangan desa ku.. aku tak sadar sudah berapa lama aku berkeliling.. ku lihat jam tangan ku.. Nampak waktu sudah beranjak jam 07.38 pagi.. perut ku Nampak keroncongan tanda rasa lapar itu menagih di isi.. langsung saja aku berlari dari tempat ku tadi, dan bergegas mencari warung makan ter dekat..

Akhir nya sampailah aku di sebuah warung makan di pinggir jalan setapak.. tak Nampak satu orang pun di dalam nya.. yang ku temui hanyalah ibu penjual nya yang sedang membuka barang dagangan nya.. maklum saja masih pagi fikir ku.. “bu.. boleh aku pesan nasi sama lalapan plus ikan goring dan sambal nya” Tanya ku singkat.. ibu penjual itu pun menjawab” iya den.. tunggu sebentar ya den..” aku memang suka makanan berbau pedesa’an, karena itu makanan favorit ku dari kecil.. lama aku menunggu ibu punjual itu.. iseng-iseng aku membuka akun facebook ku lewat handphone genggam ku, Cuma sekedar say hello pada teman-teman ku di kota.. asyik aku melihat layar handphone ku, aku di kejutkan dengan sosok yang masuk ke dalam tenda warung makan itu.. wajah nya sudah tak asing lagi bagi ku, dia bapak tua yang ku temui di surau tempo hari.. kembali dia melayangkan senyum nya pada ku..dan spontan aku membalas nya.. “ ini den makanan nya.. monggo den “ aku tersentak dengan kehadiran ibu penjual tadi tak sempat aku membalas perkata’an nya ibu itu pergi menemui bapak itu tadi.. Nampak bapak tua itu juga memesan nasi.. sambil ku santap makanan ku, samar-samar ku dengar bapak itu memesan makanan, segera ibu penjual itu kembali menyiapkan makanan untuk bapak itu.. aku heran kenapa bapak itu memesan dua porsi nasi, sejenak ku lirik ke luar tenda, betapa terkejut nya aku, di dalam gerobak yang bapak itu bawa Nampak seorang ibu dan anak perempuan yang lucu sedang bercanda, sambil membereskan Koran-koran di dalam nya.. betapa bahagia nya fikir ku keluarga kecil ini.. tak terasa nasi di piring ku sudah selesai, hujan pun perlahan turun di luar sana.. aku tertahan di dalam warung itu..ku lihat kembali ke arah mereka.. Nampak bapak tua itu keluar tenda memanggil anak dan istri nya.. seperti nya makanan yang di pesan sudah di hidangkan.. aku pun belum beranjak dari tempat ku, aku masih penasaran dengan keluarga kecil ini..
Ku lihat sesekali Nampak raut senyum bahagia di bibir mungil nya.. dan sangat menikamati ayam goreng yang ia makan dengan lahap….

Aku pun mulai merasa bosan dan beranjak pergi menemui ibu penjual itu untuk membayar makanan ku.. ada sesuatu yang menarik pandangan ku ketika aku melewati meja mereka.. ternyata yang menikmati makana itu Cuma ibu dan anak nya saja..ku perhatikan wajah sang ayah walau tampak lemah, lelah, dan lapar aku melihat goretan senyum bahagia di wajah nya.. Nampak pipi nya yang keriput tertarik oleh senyum di bibir nya.. dan yang ku takjubkan ketika aku mendengar bapak itu berkata “ makan yang puas nak.. ini adalah hari dimana kau lahir.. bapak senang bisa membahagiakan kalian, walau hanya dengan sepiring nasi..” kata bapak itu menahan air mata nya melihat putrid makan dengan lahap.. ya Allah….!!!!! Batin ku terguncang mendengar nya, aku tahu tangis itu tangis bahagia dari seorang bapak”... aku ter haru melihat keluarga kecil ini.. di keterbatasan nya sebagai pemulung, bapak tua itu masih ingat merayakan hari ulang tahun anaknya dengan memberikan ayam goreng di warung pinggir jalan untuk menghadiahi putri nya.. segera aku membayar sebelum air mata ini tumpah, dan dengan nada berbisik ku katakana “bu tagihan makanan bapak itu biar saya yang bayar, dan tolong tambahkan lagi ayam goreng serta nasi nya bu.”
Dan aku pun ber lalu dari hadapan mereka.. pelajaran berharga yang dapat aku ambil dari mereka.. “TUHAN SELALU MEMBERIKAN HAL YANG TERBAIK UNTUK KU.. AKU YANG TERBIASA DENGAN MAKANAN PIZZA, SUSHI, Mc DONALD, DAN SEBAGAI NYA, SUNGGUH TAK PANTAS AKU MENGELUH PADA TUHAN, MELIHAT MEREKA YANG MAKAN HANYA DENGAN AYAM GORENG YANG MUNGKIN BAGI KU BIASA, NAMUN BAGI MEREKA MAKANAN ITU ADALAH MAKANAN MEWAH.”

**** KISAH SEORANG ANAK PEMULUNG****

matahari Nampak elok diselimuti awan pagi, hari itu seperti biasa aku bangun pagi-pagi untuk bersiap-siap berangkat kesekolah.. pagi itu Nampak sepi, kemana bapak…???? Fikir ku.. ku langkah kan kaki ke halaman belakang tak juga ku temui sosok bapak di sana. Samar-samar ku dengar bunyi gaduh di pekarangan rumah, dengan segera ku dapati bapak disana, beliau sedang bersiap-siap untuk pergi mengais sampah-sampah (mulung).. “bapak.. apa bapak sudah makan…??? Pagi sekali bapak berangkat.. tidak seperti biasa nya” tegur ku.. bapak hanya tersenyum pada ku “sudah mandi sana, nanti kamu terlambat masuk sekolah.. makanan mu sudah bapak siap kan di meja..” jawab bapak kepada ku.. langsung saja aku bergegas untuk mandi melihat jam sudah hampir terlambat masuk ke sekolah.. ketika aku beranjak samar-samar ku dengar bapak berkata “belajar lah dengan giat nak, bapak tak mau nasib mu seperti bapak” ku lirik kembali kearah bapak, sejenak ku hela nafas dan kembali beranjak pergi.. dalam benak ku sempat juga aku berfikir untuk berhenti sekolah untuk membantu bapak, aku kasihan pada beliau.. seharus nya di usia beliau yang terbilang sudah tidak muda lagi beliau bisa menikmati masa tua tanpa menanggung beban hidup..

oiaa.. kita belum kenalan yah.. pepatah mengatakan “tak saling mengenal, maka tak saling menyayangi”.. perkenalkan, nama ku Mahmud, sa’at ini aku dan bapak hidup berdua semenjak ibu mengorban kan nyawa nya untuk melahirkan ku ke dunia ini, keseharian bapak mengumpulkan sampah-sampah untuk di jual cukup untuk menghidupi kami.. aku tak pernah malu meski sering di ejek teman teman sebaya ku.. aku mempunyai prinsip hidup “Dunia boleh saja menertawai ku, menghina ku, bahkan menghujani ku dengan rajam. Tapi jangan sekali-kali perlakuan yang sama terhadap ku terjadi pada kedua orang tua ku”.. sebab itu aku tak pernah sekali pun marah ter hadap mereka, asal mereka tidak menghina bapak ku. Singkat cerita sampailah aku di sekolahan ku, tak terlihat lagi murid-murid berkeliaran di lapangan sekolah,” wahh aku pasti terlambat lagi nih “ucap ku dalam hati. Dengan segera aku berlari memasuki kelas, Nampak bu Warsih sedang menjelaskan materi pelajaran Agama Islam. Ku ketok perlahan pintu kelas, semua mata tertuju pada ku, aku pun merasa risih dengan situasi seperti ini, bu Warsih pun mendekati ku, ku pikir beliau akan memarahi ku habis-habisan bahkan menjemur ku di lapangan.. oh tuhan.. pikiran ku kacau sa’at itu.. bu Warsih menepuk pundak ku, betapa kaget nya aku.. “duduk lah Mahmud, lain kali jangan di ulangi ya” ucap bu Warsih seraya tersenyum, Nampak nya buWarsih faham akan latar kehidupan ku.. “te..tee…terii..terimakasiih bu..!” jawab ku terbata-bata seraya berlalu.. ternyata apa yang ku takut kan terhadap perlakuan bu Warsih kepada ku ter lalu berlebihan.. ternyata bu Warsih sangtlah pengertian dan baik. Selang beberapa waktu, pelajaran demi pelajaran telah usai, dan kini tiba sa’at nya aku pulang ke rumah… perlahan-lahan aku berjalan menyusuri pinggiran kota.. “ohh betapa enak nya bisa hidup seperti mereka” gerutu ku dalam hati sesa’at melihat segelintir anak-anak orang kaya yang sedang makan-makan di sebuah restoran.. terik nya matahari siang itu membuat ku segera mempercepat irama langkah ku.. tak banyak waktu yang ku butuhkan, sampailah aku di rumah mungil ku.. dengan segera aku melepaskan seragam sekolah ku dan beranjak untuk shalat djuhur.. se usai nya aku dari shalat dan memanjatkan do’a-do’a alakadar nya, aku pun mencoba mencari-cari bapak di halaman belakang dan pekarangan seperti tadi pagi, tapi tak Nampak sosok bapak di sana-sini.. hmmm sejenak aku pun berfikir,” bapak sa’at ini bekerja sangat keras, tapi tak ada tanda-tanda kami menikmati hasil pekerja’an itu” seraya membereskan kardus-kardus yang akan dijual bapak hari ini.. asyik aku membereskan kardus-kardus itu sampai tak ku sadari kapan bapak pulang dan tahu-tahu nya sudah berada dibelakang ku, “sudah makan mud..?” Tanya bapak padaku, tersentak aku di kejutkan oleh suara parau bapak “oh.. belum pak..” kata ku sambil tersenyum.. “sudah letak kan saja dulu pekerja’an mu kita makan dulu, bapak ada sedikit rezki tadi, ayo..” ajak bapak pada ku, “oh.. iya pak” jawab ku singkat sambil meninggalkan pekerja’an ku.. di meja makan ku dapati nasi dan tempe goreng, dalam batin ku pun menggerutu apakah ini hasil yang di dapat dari kerja keras bapak selama ini, “ayo dimakan mud” suruh bapak pada ku.. “iya pak” jawab ku…se usai nya makan, ku dekati bapak yang sedang sibuk membereskan sampah-sampah hari ini, “pak, bisa bicara sebentar..??” Tanya ku pelan.. “bicara lah nak” jawab bapak ku tanpa memaling kan wajah nya.. “pak.. lusa kita merayakan idul adha kan pak.. apa bapak ada sedikit uang untuk ku membeli sedikit pakaian baru pak..??” Tanya ku ragu pada bapak.. sejenak pekerja’an bapak terhenti, beliau menarik nafas dalam-dalam.. “nak,ma’afkan bapak, bapak tidak bisa membahagiakan mu..” jawab bapak singkat, seraya meneruskan pekerja’an nya… jujur saja, dalan hati ku se akan tidak terima dengan jawaban bapak, dan dengan segera aku beranjak pergi dari hadapan bapak tanpa meninggal kan sepatah kata,

tiba juga sa’at nya hari suka cita bagi umat muslim se dunia, hari itu aku shalat id’ dengan khusyuk, dan sesudah shalat aku pun langsung melihat prosesi penyembelihan hewan kurban di dekat masjid, aku pun teringat bahwa aku tidak bertegur sapa dengan bapak sejak sa’at itu.. hari ini aku berniat ingin minta ma’af pada bapak, aku tahu aku salah ucap ku dalam hati.. suara sirine ambulance memecah suka cita hari itu, aku kaget ada apa gerangan, tapi batin ku ber ujar “akhh mungkin hanya orang tertabrak di jalanan karena kebut-kebutam dan kurang hati-hati..” kembali aku mengarahkan mata ku ke prosesi penyembelihan..
selang beberapa waktu, aku pun mulai bosan dan berniat untuk beranjak pulang dan sungkem sama bapak.. perasa’an ku mulai tidak enak di sepanjang perjalanan pulang.. sesampai nya di pekarangan rumah ku perasa’an itu semakin kuat melihat gerobak bapak hancur tak berbentuk.. dengan segera aku masuk ke rumah dan disana sudah ku temui segelintir warga dengan di temani lantunan surah Yassin kepada sosok seseorang di dalam kain yang ditutupkan pada tubuh nya.. batin ku mulai goyah.. perlahan ku terobos segelintir warga dan mendekat untuk memastikan siapa gerangan yang ada di balik kain tutupan itu.. ketika ku buka kain penutup itu betapa hancur nya hati ku melihat sosok bapak terbaring pucat, air mata ku pun berhamburan, aku histeris mengalami kenyata’an yang pahit ini.. warga pun mencoba menenangkan ku.. tak ada henti nya aku berteriak untuk meminta ma’af pada bapak.. sampai ketika jenazah bapak di kuburkan, aku tetap berada dalam goncangan batin penyesalan ku.. ku peluk erat kubur bapak, ku cium nisan kuburan bapak, ku sirami kubur bapak dengan air mata penyesalan…
salah seorang warga mencoba memapah ku untuk pulang.. semangat hidup ku se akan hilang, dan rasa nya ingin ku susul ayah dan ibu ku.. di perjalan pulang tak henti-henti nya aku menangis.. sesampai nya aku di depan rumah mungil ku, mata ku seakan menangkap kenangan-kenangan ayah di setiap sudut.. air mata ku kembali membasahi pipi ku.. sejenak mata ku melirik gerobak ayah yang hancur berantakan.. ku coba menyapu air mata di pipi ku.. dan ku coba untuk tegar… perlahan ku dekati gerobak sampah bapak.. Nampak perjuangan berat bapak terlukis dalam gerobak itu.. ku rapikan serpihan gerobak bapak, tapi mata ku tertuju pada suatu benda di dalam serpihan gerobak bapak.. itu kantong plastic apa isi nya fikir ku penuh tanda Tanya… ku coba meraih nya, dan ku buka perlahan kantong plastic itu.. “bapakkkk”… batin ku berteriak ketika ku temukan selembar kain berbentuk baju berwarna biru sesuai warna yang paling aku suka di dalam nya..” air mata ku kembali mengucur.. bapak membelikan ku baju… batin ku seakan terkoyak menerima baju baru itu.. aku jatuh di tanah pada sa’at itu juga.. “ya Allah.. berdosa lah hamba mu ini.. hamba menysal ya Allah….” Adu ku kepada sang Khalik..
ku coba untuk bangkit.. air mata ku pun terasa mulai mengering di hari suka cita itu.. ku langkah kan kaki untuk masuk kedalam rumah.. ku peluk erat baju pemberian bapak.. sejenak aku terduduk tanpa ada semangat… hari itu pun menjadi hari yang sangat berat bagi ku…
rembulan pun berganti mentari pagi, hari yang berat sudah ku lalui, namun luka yang mendalam masih menyisa di dalam jiwa ku.. sejenak ku masuki kamar bapak.. ku tatap seluruh penjuru kamar bapak.. mata ku kembali berkaca-kaca.. ku raih barang-barang bapak.. aku ingin menyimpan barang-barang peninggalan bapak, dengan berlinang air mata dan balutan pilu, ku rapikan pakaian-pakaian ayah.. aku mendapati sebuah kotak besar di balik pakaian ayah.. aku penasaran dan dengan segera ku buka meski kesulitan.. betapa terkejut nya aku ketika ku buka ku dapati uang yang sangat banyak di dalam nya.. “ya Allah… apa ini.. uang siapa ini.. apa bapak mencuri nya” fikir ku kacau.. tapi mungkin secarik kertas ini dapat menjelaskan nya fikir ku seraya membuka kertas yang ku temukan di dalam kotak itu dan ku dapati pesan di dalam nya

“NAK.. KELAK JIKA KAU TEMUKAN KOTAK INI, SEMPATKAN LAH KAU BACA PESAN BAPAK MU INI.. BAPAK MENGERTI BAGAIMANA PERASA’AN MU MENJADI ANAK SEORANG PEMULUNG SEPERTI BAPAK.. BAPAK MENGERTI DI SA’AT TEMAN-TEMAN MU MEMAKAI BARANG MEWAH, KAU PUN JUGA MENGINGINKAN NYA.. BAPAK MENGERTI DI SA’AT KAU MELIHAT TEMAN-TEMAN MU MAKAN MEWAH, KAU JUGA MENGINGINKAN NYA.. DAN BAPAK MENGERTI LUKA DIWAJAH MU DI SA’AT KAU TIDUR MAHMUD.. KAU SANGAT MENDERITA HIDUP BERSAMA BAPAK… BAPAK TAK MAMPU TIDUR DI SA’AT BAPAK MELIHAT MU MAHMUD..BAPAK SEAKAN TAK PUNYA KEBERANIAN UNTUK MENCIUM KENING MU DI SA’AT KAU TIDUR.. MELIHAT WAJAH MU YANG BEGITU MENGHAKIMI BAPAK.. BAPAK MERASA SANGAT MALU TELAH MENJADI BENALU DALAM HIDUP MU MAHMUD.. BAPAK MU MENGERTI BAGAIMANA PERASA’AN MU KETIKA TEMAN-TEMAN MU MENGHINA MU.. KAU TERHINA KARENA BAPAK MAHMUD.. MA’AFKAN BAPAK MAHMUD.. BAPAK TIDAK BISA MEMBUAT HIDUP MU BAHAGIA.. INI HASIL UANG BAPAK YANG BAPAK KUMPULKAN UNTUK MU.. MUNGKIN KAU BERPIKIR KERJA KERAS BAPAK TIDAK ADA HASIL NYA.. MA’AF SELAMA INI BAPAK HANYA MEMBERIMU MAKAN SE ADA NYA.. BAPAK TAK INGIN MENYENTUH UANG YANG KELAK AKAN BAPAK BERIKAN KEPADA MU INI..MA’AF BAPAK TERPAKSA MENGAMBIL SEDIKIT UANG INI UNTUK MEMBELIKAN MU PAKAIAN.. PERGUNAKAN UANG INI UNTUK MASA DEPAN MU, DAN PENDIDIKAN YANG LAYAK MAHMUD..BAPAK SELALU MENCINTAI MU..”

Ya Allah…….!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Air mata ku kembali mengucur deras setelah membaca sepenggal surat bapak… bapakkkk… Mahmud bangga jadi anak bapakk… bisik ku lirih..

SENSITIF TERHADAP WAKTU



Menunda amal kebaikan karena menantikan kesempatan yang lebih baik adalah tanda kebodohan yang memengaruhi jiwa (Ibnu Atha'ilah) Sesungguhnya waktu akan menghakimi orang yang menggunakannya. Saat kita menyia-nyiakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang sia-sia.

Saat kita menganggap waktu tidak berharga, maka waktu akan menjadikan kita manusia tidak berharga. Demikian pula saat kita memuliakan waktu, maka waktu akan menjadikan kita orang mulia. Karena itu, kualitas seseorang terlihat dari cara ia memperlakukan waktu.

Allah SWT menegaskan bahwa orang rugi itu bukan orang yang kehilangan uang, jabatan atau penghargaan. Orang rugi itu adalah orang yang membuang-buang kesempatan untuk beriman, beramal dan saling nasihat-menasihati (QS Al Asher [103]: 1-3).

Menunda amal

Ciri pertama orang merugi adalah gemar menunda-nunda berbuat kebaikan. Ibnu Athailah menyebutnya sebagai tanda kebodohan, "Menunda amal kebaikan karena menantikan kesempatan yang lebih baik adalah tanda kebodohan yang memengaruhi jiwa.

Mengapa orang suka menunda-nunda?

Pertama, ia tertipu oleh dunia. Ia merasa ada hal lain yang jauh berharga dari yang semestinya dilakukan. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Demikian firman Allah dalam QS Al A'laa [87] ayat 16-17.

Kedua, tertipu oleh kemalasan. Malas itu penyakit yang sangat berbahaya. Orang malas tidak akan pernah meraih kemuliaan di dunia dan akhirat. Tidak ada obat paling manjur mengobati kemalasan, selain mendobraknya dengan beramal.

Ketiga, lemah niat dan tekad, sehingga tidak bersungguh-sungguh dalam beramal. Salah satunya dengan terus menunda. Seorang pujangga bersyair, Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini. Juga, Waktu itu sangat berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga.

Tidak sensitif terhadap waktu

Ciri kedua, tidak sensitif terhadap waktu. Islam memerintahkan kita untuk sensitif terhadap waktu. Dalam sehari semalam tak kurang lima kali kita diwajibkan shalat. Sehari semalam, lima kali Allah SWT mengingatkan kita akan waktu. Shalat pun akan bertambah keutamaannya bila dilakukan di masjid, berjamaah dan tepat waktu. Karena itu, orang-orang yang mendirikan shalat, pasti memiliki manajemen waktu yang baik.

Sesungguhnya, kita hanya akan perhatian terhadap sesuatu yang kita anggap penting. Demikian pula dengan waktu. Jika kita menganggap waktu sebagai modal terpenting, maka kita akan sangat sensitif dan perhatian terhadapnya. Kita tidak akan rela sedetik pun waktu berlalu sia-sia. Orang yang perhatian terhadap waktu terlihat dari intensitasnya melihat jam. Ia sangat sering melihat jam. Ia begitu perhitungan, sehingga kerjanya efektif dan cenderung berprestasi. Penelitian menunjukkan semakin seseorang perhatian dengan waktu, semakin berarti dan efektif hidupnya. Ia pun lebih berpeluang meraih kesuksesan.

Orang sukses itu tidak sekadar punya kecepatan, namun ia punya percepatan. Kecepatan itu bersifat konstan atau tetap, sedangkan percepatan itu menunjukkan perubahan persatuan waktu. Artinya, orang sukses itu senantiasa melakukan perbaikan. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin. Hal ini senada dengan sabda Rasulullah SAW bahwa orang beruntung itu hari ini selalu lebih baik dari kemarin. Lain halnya dengan orang konstan; hari ini sama dengan kemarin. Rasul menyebutnya orang rugi. Sedangkan orang yang hari ini lebih buruk dari kemarin disebut orang celaka.

Saudaraku, orang yang memiliki percepatan, hubungan antara prestasi dengan waktu hidupnya menunjukkan kurva L. Dalam waktu yang minimal, ia mendapatkan prestasi maksimal. Itulah Rasulullah SAW. Walau usianya hanya 63 tahun, namun beliau memiliki prestasi yang abadi. Demikian pula para sahabat dan orang-orang besar lainnya. Semuanya berawal dari adanya sensitivitas terhadap waktu

Kamis, 26 April 2012

TITIP IBUKU YA ALLAH

TITIP IBUKU YA ALLAH .....

Membaca cerita dibawah sungguh mengingatku akan ibuku, karena cerita berikut hampir mirip dengan realita kehidupan ku ataupun teman2 sekalian yang mungkin selalu dimanjakan oleh ibu. sungguh aku bersyukur memiliki ibu. Dengan cerita ini semoga kita selalu memuliakan ibu kita,amin.

- - - - -- - - - - -

"Nak, bangun... udah adzan subuh. Sarapanmu udah ibu siapin di meja..."
Tradisi ini sudah berlangsung 20 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat.

Kini usiaku sudah kepala 3 dan aku jadi seorang Karyawan disebuah Perusahaan
Tambang., tapi kebiasaan Ibu tak pernah berubah.
"Ibu sayang... ga usah repot-repot Bu, aku dan adik-adikku udah dewasa."
pintaku pada Ibu pada suatu pagi. Wajah tua itu langsung berubah. ketikapun Ibu mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru-buru kukeluarkan uang dan kubayar semuanya. Ingin kubalas jasa Ibu selama ini dengan hasil keringatku. Raut sedih itu tak bisa disembunyikan.

Kenapa Ibu mudah sekali sedih ? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang
fasenya aku mengalami kesulitan memahami Ibu karena dari sebuah artikel yang
kubaca .. orang yang lanjut usia bisa sangat sensitive dan cenderung untuk
bersikap kanak-kanak ..... tapi entahlah.... Niatku ingin membahagiakan malah
membuat Ibu sedih. Seperti biasa, Ibu tidak akan pernah mengatakan apa-apa

Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya "Bu, maafin aku kalau telah
menyakiti perasaan Ibu. Apa yang bikin Ibu sedih ?"

Kutatap sudut-sudut mata Ibu, ada genangan air mata di sana. Terbata-bata Ibu
berkata, "Tiba-tiba Ibu merasa kalian tidak lagi membutuhkan Ibu. Kalian sudah
dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Ibu tidak boleh lagi menyiapkan
sarapan untuk kalian, Ibu tidak bisa lagi jajanin kalian. Semua sudah bisa
kalian lakukan sendiri"

Ah, Ya Allah, ternyata buat seorang Ibu .. bersusah payah melayani
putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tak pernah kusadari
sebelumnya. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih
karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan
dari sudut pandang masing-masing.

Diam-diam aku bermuhasabah. .. Apa yang telah kupersembahkan untuk Ibu dalam
usiaku sekarang ?
Adakah Ibu bahagia dan bangga pada putera putrinya ? Ketika itu kutanya pada
Ibu.
Ibu menjawab
"Banyak sekali nak kebahagiaan yang telah kalian berikan pada Ibu. Kalian
tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan.
Kalian berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat Ibu.
Kalian berprestasi di pekerjaan adalah kebanggaan buat Ibu.

Setelah dewasa, kalian berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu
kebahagiaan buat Ibu. Setiap kali binar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan
di situlah kebahagiaan orang tua."

Lagi-lagi aku hanya bisa berucap
"Ampunkan aku ya Allah kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan
kepada Ibu. Masih banyak alasan ketika Ibu menginginkan sesuatu."
Betapa sabarnya Ibuku melalui liku-liku kehidupan. Sebagai seorang wanita
karier seharusnya banyak alasan yang bisa dilontarkan Ibuku untuk "cuti" dari
pekerjaan rumah atau menyerahkan tugas itu kepada pembantu. Tapi tidak! Ibuku
seorang yang idealis,


Menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang
ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapapun. Pukul 3 dinihari Ibu bangun
dan membangunkan kami untuk tahajud. Menunggu subuh Ibu ke dapur menyiapkan
sarapan sementara aku dan adik-adik sering tertidur lagi...

Ah, maafin kami Ibu ... 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak pernah
membuat Ibu lelah.. Sanggupkah aku ya Allah ?

"Nak... bangun nak, udah azan subuh .. sarapannya udah Ibu siapin dimeja.. "
Kali ini aku lompat segera.. kubuka pintu kamar dan kurangkul Ibu sehangat
mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat-lekat dan
kuucapkan "terimakasih Ibu, aku beruntung sekali memiliki Ibu yang baik hati,
ijinkan aku membahagiakan Ibu...".

Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan. .. Cintaku ini milikmu, Ibu... Aku
masih sangat membutuhkanmu. .. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti
kebahagiaan buat Dirimu..
Sahabat.. tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat "aku
sayang padamu... ", namun begitu, Rasulullah menyuruh kita untuk menyampaikan
rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai karena Allah. Ayo kita
mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita ... Ibu dan ayah walau
mereka tak pernah meminta dan mungkin telah tiada.

Percayalah.. . kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.

Wallaahua'lam

"Ya Allah,cintai Ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Ibu..."
dan jika saatnya nanti Ibu Kau panggil, panggillah dalam keadaan khusnul
khatimah. Ampunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia sebagaimana ia
menyayangi aku selagi aku kecil"

"Titip Ibuku ya Allah"

SEORANG NENEK YANG MENJADI TAULADAN

sesa'at aku terenyuh membaca sepenggal kisah pendek ini, nampak sangat banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah ini.. ya Allah.. air mata se umur hidup ku pun serasa tak mampu menebus dosa-dosa hamba mu ini.. saya harap, dengan memposting hasil tulisan "hamba Allah" ini para member "BELAJAR MENCINTAI ALLAH,SEBELUM AKU BELAJAR MENCINTAI KEKASIH KU" bisa mengambil setetes pelajaran berharga dari kisah ini.. Ya Rasulullah.. sungguh hina lidah kami yang telah melupakan shalawat kepada mu.. Ya Rasulullah.. kami memang umat mu yang tidak tahu diri.. setiap hari kami habiskan hanya untuk mengumbar kelebihan dunia yang mulai renta ini.. Ya Rasulullah.. sempat kan lah kami mengucap kata taubat sebelum nafas telah berada di kerongkongan.. Ya Rasulullah.. sesungguh nya hanya SYAFA'AT mu lah yang menjadi lentera kami di yaumul akhir..
saya harap sahabat sekalian bisa meresapi dari kisah ini.. JANGAN LAH HANYA MEMBACA DENGAN MATA TELANJANG, BACA LAH ILMU DI HADAPAN MU DENGAN MATA HATI DAN BATIN, JADIKAN BAHAN INSTROSPEKSI DIRI, SMOGA KE DEPAN NYA AKHLAKUL KARIMAH DAPAT TERTANAM DALAM DIRI.. AMIIINNN
SELAMAT MENYIMAK

***** SELEMBAR DAUN, UNTUK RASULULLAH *****


Dahulu di sebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua penjual bunga cempaka. Ia menjual bunganya di pasar, setelah berjalan kaki cukup jauh. Usai jualan, ia pergi ke masjid Agung di kota itu. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melakukan salat Zhuhur.

Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid dan membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan. Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid dengan cara itu. Padahal matahari Madura di siang hari sungguh menyengat. Keringatnya membasahi seluruh tubuhnya.

Banyak pengunjung masjid jatuh iba kepadanya. Pada suatu hari Takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan itu sebelum perempuan tua itu datang. Pada hari itu, ia datang dan langsung masuk masjid. Usai salat, ketika ia ingin melakukan pekerjaan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun terserak di situ. Ia kembali lagi ke masjid dan menangis dengan keras. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun itu sudah disapukan sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “Berikan kesempatan kepadaku untuk membersihkannya.”

Singkat cerita, nenek itu dibiarkan mengumpulkan dedaunan itu seperti biasa. Seorang kiai terhormat diminta untuk menanyakan kepada perempuan itu mengapa ia begitu bersemangat membersihkan dedaunan itu. Perempuan tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya Kiai yang mendengarkan rahasianya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup. Sekarang ia sudah meniggal dunia, dan Anda dapat mendengarkan rahasia itu.

“Saya ini perempuan bodoh, pak Kiai,” tuturnya. “Saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya jalankan. Saya tidak mungkin selamat pada hari akhirat tanpa syafaat Kanjeng Nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu salawat kepada Rasulullah. Kelak jika saya mati, saya ingin Kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan salawat kepadanya.”