Senin, 10 Maret 2014

JODOH DARI ALLAH



Lulus kuliah sudah, pekerjaan sudah dapat. Tinggal 1 yang kurang dalam hidupku, aku butuh pendamping hidup. Tanggal 1 Ramadhan besok usiaku genap 24 tahun. Ibu sudah mendesakku untuk segera menikah sementara calon imamku belum datang menjemputku.

malam pertama ramadhan selesai sholat tarawih, aku berdoa kepada Allah agar di pertemukan dengan calon imamku, tak lupa juga aku berdoa di sela sholat tahajjud dan dhuha dengan doa yang sama. Setiap malam doa yang sama terus terucap dari bibirku sewaktu sholat  5 waktu, tarawih, tahujjud dan dhuha.

Tepatnya malam ke 10 ramadhan aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki yang sama sekali aku tidak mengenalnya, saat terbangun dari tidur dalam fikiranku siapakah dia? Apakah dia calon imamku atau ini hanya bunga tidurku saja. Allahu’alam aku mengabaikan mimpi tersebut dan terus berdoa kepada Allah kali ini doaku bertambah bukan hanya di pertemukaan dengan calon imanku juga setelah ramadhan aku ingin segera menikah.

malam ke 18 ramadhan, mimpi yang sama terulang kembali wajahnya semakin jelas dalam mimpiku.
Tiba – tiba alarm berbunyi menunjukkan pukul 03.00 wib, aku terbangun dan sholat malam. Selesai sholat aku sahur bersama orang tua. Selesai sahur aku menelpon temanku.
"Assalamu’alaikum". Aku mengawali.
"Wa’alaikumussalam".  jawab ukht nisa.
"Ukhti nanti siang ada waktu? Kita boleh ketemuan, ada yang mau lia ceritain neh...?" pintaku.
"Boleh ukht? Boleh, ketemu di rumah nisa aja ya..!" sahut nisa.
"Makasih ya ukhti." sahutku sambil menutup telepon dari nisa.

siang hari selesai sholat zuhur aku pergi ke rumah ukhti nisa, sampai di rumah ukhti nisa sambil mengetuk pintu dan mengucapkan salam, "Assalamu’alaikum nisa...".
"wa’alaikumussalam..." jawab seseorang dari dalam.
"Eeh ada lia, mari masuk nak!" jawab ummi nisa.
"Nisa nya ada bu??"
"Ada tuh di kamar, masuk aja.."
"iya bu" sahutku..

Aku pun menceritakan mimpi yang kualami kepada nisa.
"Sudah 2x lia mimpi yang sama. Dia datang menghampiriku sambil tersenyum kepadaku nis, wajahnya terlihat jelas sekali tapi lia tidak mengenalnya..?"
"Mungkin dia adalah jodohmu, tunggu aja." Nisa meyakinkan ku.
Aku hanya diam mendengar ucapan nisa. sepulang dari rumah nisa, di dalam kamar aku mulai berfikir apakah dia calon imamku? Inikah jawaban atas doa – doaku selama ini? Ya Allah berikan aku petunjukmu..

Malam ke 20 Ramadhan aku bermimpi. Lagi – lagi mimpi yang sama terulang kembali, aku tergaja dari tidur dan langsung sholat tahajjud, seusai sholat aku berdoa
“Ya Allah jika benar dia yang hadir dalam mimpiku adalah calon imamku, pertemukanlah hamba dengannya dan satukanlah kami dalam ikatan yang suci dan halal."

Pagi hari sekitar jam 09.00 wib, aku terima telpon dari ukht nisa, nisa mengajakku malam 27 ramadhan untuk sholat tarawih di masjid Istiqomah. tepat malam 27 Ramadhan, saat memasuki kawasan masjid tiba – tiba langkahku berhenti, mukaku pucat pasi dan peredaran darah yang ada di tubuhku tidak stabil. Aku benar – benar terkejut dan mengucapkan "MASYA ALLAH!!".

Nisa mendengar ucapanku sambil menoleh ke arahku...
"Anti kenapa ukht? Sakit? Koq tiba – tiba mukanya pucat..??" tanya dengan wajah khawatir.
"Tidak ukht, lihat di sana!! yang berdiri mengunakan baju koko, dia itu ukht orang yang ada dalam mimpi lia".
"Lia serius?!!" Sahut nisa.
"Iya dia, dia ukhti...!" kuyakinkan nisa, sambil menundukkan pandanganku dan masuk ke masjid.
Aku terdiam di masjid. Di hari – hari berikutnya aku berusaha membuang mimpi dan ingatanku dengan pemuda itu..

Allahuakbar allahuakbar, gema takbir berkumandang menyambut hari idul fitri.
Seminggu sesudah idul fitri berlalu, tepatnya hari minggu ada rombongan keluarga datang ke rumahku.  Sambil mengintip dari jendela kamar. Aku terkejut saat melihat pemuda yang ada dalam mimpiku datang ke rumah, aku masih tetap di kamar tidak berani untuk keluar. teryata ibuku kenal dengan keluarga pemuda itu.

"Ini dia anak saya bu.." seru seorang perempuan paruh baya yang taik lain ibu dari pemuda itu
"Namanya fauzan yang saya ceritakan sama ibu. sekarang dia sudah lulus kuliah dari AL-Azhar Kairo." Ibu pemuda tersebut melanjutkan pembicaraannya, dan Fauzan memberi salam kepada ibuku.
Aku mengintip ke ruang tamu sambil mendengar pembicaraan mereka. ibu fauzan berkata lagi, jadi gimana bu dengan rencana kita untuk menjodohkan mereka. Kalau fauzan menurut saja asal pilihan ibunya baik.
Aku semakin gemetar mendengar pembicaraan mereka.

Tiba-tiba ibu pemuda tersebut bertanya "mana calonnya bu...? Dari tadi saya belum melihat lia...??" 
Aku tersentak kaget, muka ku pucat dan terasa gemetaran.
"Biar mereka ta’aruf di depan kita...?" lanjut ibu pemuda tadi yang tak salah bernama fauzan
"Sebentar ya bu, saya panggil dulu". Ibu menjawab sambil menuju ke arah kamarku.

Aku pura – pura tidak tahu apa yang terjadi di ruang tamu. Ibu datang menghampiriku dan berkata “lia anak ibu, ibu ingin melihatkau segera menikah, ibu menjodohkanmu dengan anaknya teman ibu. Keluar sebentarlah nak lihat calon suamimu, ibu tidak memaksamu jika tidak suka, boleh di tolak".
Aku hanya menggangukkan kepala mengiyakan kata – kata ibuku. aku dan ibu keluar dari kamar.

Ibu fauzan “ ini yang namanya lia? Cantik, anggun, soleha lagi".
Aku hanya tersenyum menanggapi pujian itu sambil menundukkan wajahku.
Ibu memperkenalkan aku dengan fauzan. "Fauzan ini dia anak ibu".
"Assalamu’alaikum ukhti lia". Ucap fauzan dengan suaranya yang halus dan berwibawa.
"Wa’alaikumussalam..." jawabku..
"Anti sehat ukht?" tanya fauzan
"Insya ALLAH" sahutku
“Ukhti, anti bersedia menjadi pendamping hidup fauzan?" fauzan berkat lagi...
Tiba – tiba peredaran darahku tidak stabil mendengar kata – kata fauzan, aku menganggukkan kepala dan menjawab "Insya ALLAH ana bersedia menjadi pendamping hidup akhi fauzan".
Orang tua kami senang dan mengucapkan "ALHAMDULILLAH....."
"Apa mahar yang harus fauzan penuhi untuk melamar anti?" kembali fauzan bertanya
"Anna minta seperangkat alat sholat dan hapal surah Ar-Rahman saja akhi.." Jawab ku.

setelah berbincang – bincang lama antara orangtuaku dengan orangtua fauzan, mereka mengambil waktu yang tepat untuk acara pernikahanku. pernikahan kita percepat saja dua minggu setelah hari ini sahut orangtua fauzan.

Dua minggu kemudian fauzan melamarku, setelah ijab kabul fauzan membaca Hapalan surah Ar-Rahman dengan fasih tanpa gugup. setelah pernikahanku selesai, di rumah aku bertanya kepada suamiku.
"Mas, lia mau tanya, boleh...?" tanya ku sambil sedikit malu-malu
"Tanya saja, dek..." jawabnya dengan nada lembut.
"Kalau ada yang hendak ade tanya, jangan sungkan yah.,, bukan kah kita sudah sah menjadi suami istri." Tukasnya sambil jemarinya yang halus mengangkat daguku, seolah-olah hendak menghilang gugupku.
"Tidak.,, adik cuma ingin bertanya sedikt mas" jawab ku.
"Tanya lah dek" jawab suami ku sambil memandangi wajahku.
"Tadi waktu ijab kabul baca surah ar-rahmannya fasih sekali padahal waktu yang di berikan untuk menghapal hanya  dua minggu mas." Tanya ku dengan sedikit terbata-bata.
Dengan senyum suamiku menjawab “mas sudah hapal surah itu dek.." lalu dia kembali berkata "Bahkan lebih dari itu sayang...”
"maksudnya mas?" Jawabku.
Suamiku tersenyum lagi, sambil berkata “iya”..
Aku semakin bingung...
"ya apa bagaimana mas, dari tadi mas Cuma senyum aja." tanyaku dengan nada sedikit kesal dan bercampur manja.
"Mas bukan hanya hapal surah Ar-Rahman, Insya Allah 30 Juz Al-Qur’an juga hapal dek." jawabnya sambil mengecup keningku.
 "Subahanallah.." Aku sedikit terkejut mendengar ucapan suamiku.
“Inilah jodoh yang di berikan Allah kepadaku, selama penantian dan doa-doa yang selalu ku pinta di bulan ramadhan. Maha suci Allah yang telah mempertemukan hambanya." Syukur ku dalam hati.

Kamis, 05 Desember 2013

ISTRI UNTUK SUAMIKU (END)


 
10-11-2011
Ya Allah, sesungguhnya aku ridho dengan segala takdir dan ketetapan-Mu, aku berusaha mencoba bersahabat dengan takdirmu. Sesungguhnya hidupku adalah milik-Mu, aku tak memiliki kuasa atas diriku tanpa ridho-Mu. Aku yakin, pertemuanku dengan kak syila dalam angkot itu…, bukan lah hal yang tak disengaja, tapi semua adalah bagian dari rencana mu ya Rabb.
Dua bulan sudah sejak kejadian malam itu, dimana kak syila meminta aku menjadi istri untuk mas ozi. Sejak malam itu, kak syila terus berusaha mendekatkan ku pada mas ozi. Usaha kak syila sangat gigih, untuk menciptakan kecocokan aku dengan mas ozi, aku tau mas ozi masih tidak dapat menerimaku, mas ozi begitu sangat mencintai kak syila dan begitu pun sebaliknya.
Kota Surabaya tempat mas ozi bertugas, Banyuwangi kampung halaman mas ozi kami kunjungi berdua hanya untuk sekedar mengenalkan aku dengan teman-teman mas ozi dan keluarganya. Awalnya pada saat orang tua mas ozi mengetahui maksud kak syila mereka menolaknya, seperti halnya juga kedua orang tuaku. Tapi akhirnya setalah kak syila berbicara dengan mereka dari hati ke hati, mereka memahami maksud baik kak syila untuk mas ozi dan juga aku. Tapi walaupun begitu, aku masih tetap tak enak hati.
Dalam masa-masa mengakrabkan aku dengan mas ozi, kak syila sempat mengajariku kebiasaan-kebiasaan kak syila dalam melayani mas ozi, dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Katanya kak syila biasa bangun sebelum mas ozi bangun, kira-kira pukul 04:00 WIB.
Kak syila biasanya langsung bersuci atau mandi, dan merapihkan dapur seperti cucian piring sisa semalam bila ada. Dia tidak mau, bila suaminya bangun melihat keadaan rumah dalam keadaan tak nyaman. Setelah rapi, kak syila membangunkan mas ozi dan shalat subuh berjamaah. Setelahnya kak syila memasak sarapan dan mas ozi berolah raga, bila hidangan telah masak kak syila dan mas ozi sarapan bersama, tidak lupa kak syila pun sudah menyiapkan bekal untuk mas ozi.
Kak syila tak ingin berkah suaminya diambil orang, dia tak ingin mas ozi makan masakan yang bukan buatan tanganya bila tidak darurat, karena kak syila berkata setiap masakan yang kita buat dan dimakan suami kita ada berkah dan do'a suami dalam setiap suapannya. Dan mas ozi pun selalu menelpon atau sekedar sms bila ingin makan diluar atau ada undangan makan dari rekan kerjanya.

Sebelum berangkat bekerja kak syila selalu mengatar mas ozi sampai diteras. Bersalaman dan mas ozi selalu mencium kening kak syila sebelum berangkat, bila hal itu mas ozi lupa lakukan kak syila selalu berkata "Do'a abi untuk kesalamatan umi dirumah mana, umi takut ada syetan masuk kerumah kita saat abi pergi nanti, maka umi minta do'a abi agar Allah kirimkan malaikat untuk menjaga umi dirumah". Bila sudah begitu, mas ozi biasanya langsung berdoa setelah itu dia tiup ubun-ubun istrinya lalu mengecup keningnya.
Menjelang mas ozi pulang bekerja, kak syila sudah menyiapkan air hangat untuk suaminya mandi, dan air ember kecil yang sudah ada sapu tangan handuk didalamnya. Begitu mas ozi datang, dia bersalaman dan meminta mas ozi duduk diteras bersamanya.
Kak syila bukakan sepatu dan kaos kakinya, lalu mengelap kaki suaminya dengan air yang telah dia siapkan. Katanya, agar setan tidak menyelinap masuk kedalam rumahnya melalui rasa lelah dan masalah yang dibawa dari tempat kerja, air yang dia siapkan adalah sebagai penyejuk untuk meredam emosinya.
Secangkir Coffee Milk kegemaran mas ozi sudah siap dimeja ruang keluarga, ditemani dua potong gorengan banana crispy cemilan fovorit mas ozi saat dia sedang nonton TV. Semuanya adalah buatan tangan kak syila sendiri, dan aku juga diajarkan bagaimana cara membuatnya.
Mereka selalu shalat tahajud berjamaah bila sedang bersama, tapi untuk shalat fardhu kak syila selalu meminta mas ozi berjama'ah di masjid. Menurut kak syila itu adalah yang dianjurkan rosul, bukan karena kita sudah menikah suami istri harus shalat berjama'ah dirumah dengan istrinya.
Besok adalah hari pernikahanku dengan mas ozi, jujur aku masih sulit menerima ini semua. Dalam hati, aku masih mencintai mas firman. Ya…, mas firman lelaki yang ku cintai dan dia pun mencintaiku. Kalau akhrinya begini, hadir dalam kehidupan pria yang membagi cintanya, kenapa tidak dari dulu saja aku mau dimadu dengan Mas firman.
"Tutttttt..Tuuuut" tanpa sadar aku menelpon mas firman.
"Assalamu'alaikum dek" jawab mas firman dari seberang sana.
"Wa'alaikumsalam Mas. Maaf mengangu Mas, ada yang ingin aqilla sampaikan". Kata ku sedikit gugup.
"Nggak apa-apa dek, silahkan. Kebetulan mas sedang senggang".
"Terima kasih mas". Jawabku.
"Mas, Aqilla mau jujur. Aqilla masih mencintai Mas hingga detik ini, mas masih adalah lelaki yang Aqilla puja dalam do'a Qilla setiap sehabis shalat". Kata ku dengan nada menurun disusul isakku.
"Terima kasih, dik". Ungkap Mas firman.
"Tapi mas, Aqilla mohon maaf. Mungkin besok telah berubah, qilla ingin menutup semua cerita kita, dan qilla mohon restu dan keikhlasan Mas untuk melepas Aqilla". Jelasku menceritakan apa maksudku.
"Maksud, adik apa? Mas tidak mengerti? Kamu sakit lagi sayang?" Mas firman khawatir dengan ku.
"Tidak mas, aku sehat-sehat saja dan aku baik, baik saja?" kata ku, dan suasana hening sejenak, lalu aku lanjutkan kalimatku. "Besok, aku akan menikah mas".
"Ohhh, itu. Dek". Kata ka firman sambil menghela nafas panjang seolah-olah dia lega.
"Kalau Mas boleh jujur, Mas masih berharap untuk dapat kembali sama kamu. Tapi bila kamu sudah memilih dan menerima pinangan pria itu. Mas ikhlas, Mas berterima kasih pada lelaki itu, karena dia mau menjadi penjagamu, menjadi imammu. Sebuah Tanggung jawab yang pernah Mas dapat dari orang tua mu, tapi Mas tidak bisa menyelesaikannya". Mas firman melanjutkan kalimatnya dengan suara parau.
"Terima kasih mas, Aqilla mohon Mas bisa datang dengan istri mas, agar dia tak lagi cemburu denganku". Kataku sambil menangis.
"Pasti dik, Mas pasti datang. Tapi siapakah pria yang beruntung itu dik". Tanya Mas Firman.
"Mas Ozi mas, mas Ozi suami kak Atsyila". Kata ku sambil menguatkan diri.
"Apa?!! Mas Fauzi" mas firman tersentak diseberang sana, nadanya meninggi "Kok bisa dek, kenapa dia, sedangkan kau dulu tak mau menerima mas dengan istri mas sekarang. Tapi sekarang…?" Belum saja Mas firman selesai bicara.
"Mas, semua adalah takdir Allah, padanya lah semua skenario kehidupan bermuara. Adek mohon maaf bila ini menyinggung masa lalu kita". Kata ku menyela kalimat Mas firman.
"Baik lah dek, mas tetap akan datang semoga kau berbahagia ya sayang". Harap mas firman pada keputusan yang kubuat. "Maafkan Mas juga yang tak sempat membahagiakanmu". Tambahnya.
"Terima kasih, Mas. Assalamu'alaikum." Kata ku mohon diri untuk mengakhiri pembicaraan.
"Wa'alaikumsalam, dek" jawabnya.
Lalu "Tutttttt Tutttt Tuuutt". Teleponya terputus.
11-11-2011
Hari ini adalah hari pernikahanku dengan mas ozi. Ya Allah dosakah aku melakukan ini semua, jujur ini bukan kehendakku. Tapi aku tak kuasa melawan takdir-MU, ku mohon ya robb, bila ini semua rencanaMu yang terbaik untukku, maka lapangkanlah dadaku.
Siap tak siap aku harus siap, demi kak Syila. Pagi itu kak syila sendiri yang merias wajahku, dia benar-benar tabah hadapi ini semu, tak ada air mata yang meleleh dipipinya, tapi sempat aku memergoki matanya berkaca-kaca saat merias wajahku.

Baju pengantin yang aku pakai adalah pilihannya, dia belikan dan serahkan sendiri untuku. Cantik memang kebaya ini, dan aku akui riasannya pun sangat rapih, bahkan aku tak mengenali diriku sendiri. Akhirnya prosesi pernikahan pun akan dimulai, aku pun diminta keluar dari kamar rias. Kak syila berjalan disampingku dengan kursi rodanya sambil mengandengku.
Aku duduk bersama ibu-ibu, di dampingi ibuku dan kak syila. Dia sengaja meminta turun dari kursi roda, katanya biar sejajar dengan diriku dan tak ada salah satu dari kami yang di istimewakan.
Ku lihat mas ozi, begitu tampan mengenakan baju pengantin itu. Memang dia adalah idaman para wanita, dia tampan, gagah, soleh dan setia. Sebelum ijab kobul dilakukan, mas ozi membaca hafalan surah arahman, sebagai mahar utama dalam penikahan kami. Dia pun membacanya dengan fasih dan tartil. Para saksi hafiz qur'an mengatakan bahwa tidak ada yang salah dalam bacaannya. Maka prosesi akad nikah pun dilanjutkan.
"Saya terima nikahnya Aqillah Khaerunisa binti Muhammad Arif, dengan Mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai". Ucap mas Ozi, perlahan tapi pasti.
"Bagaimana sah?" Pak penghulu, bertanya kepada para saksi.
"Sah…, sah..,sahhh." Saksi bersahutan dan lansung disambung do'a.
Setelah Ijab qobul dilakukan, Kak syila memelukku. "Titip mas Ozi ya sayang, kakak yakin kita akan menjadi sepasang bidadari syurga untuknya kelak di akhirat, kamu dan kakak adalah bagian tulang rusuknya yang hilang dan patah menjadi dua. Dan kini kita telah utuh, dan kembali pada tempatnya". Bisik kak syila ditelingaku.
Pesta pun selesai, para tamu undangan pun telah kembali pulang. Kak Atsyila mengajakku untuk pulang kerumah mereka, aku sedikit ragu. Kak syila meminta mas ozi untuk membujuk ku, mas ozi pun melakukannya, mungkin karena dia berfikir aku sekarang adalah tanggung jawabnya.
Aku pun mentaati apa yang mas ozi minta, karena dia sekarang adalah imamku.
Sesampainya dirumah, kak syila meminta mas ozi untuk tidur bersamaku. Kamar pengantin kami, yang telah didekor, sesuai dekorasi yang kak atsyila minta kepada jasa salon pengantin. Indah memang, elegant dan tampak menawan. Tapi aku dan mas ozi tidak dapat menikmati suasana itu, kami hanya berbaring diranjang pengantin kami, kami berdua bingung harus memulai dari mana, sampai akhirnya.
"Dek…" mas ozi berkata.
"Apakah dek aqilla, terpaksa menjalani ini semua". Sambungnya.
"Insyaallah tidak kak, demi kebahagiaan dan kesembuhan ka Atsyila, adik ikhlas." Kataku. "Harapan Adik, dengan adik melakukan pernikahan ini, kak syila bisa sembuh dan melahirkan putra kakak dengan selamat, baik bayinya dan juga ibunya". Sambungku, melanjutkan kalimatku.
Mendengar jawaban ku, mas ozi bangkit dari rebahanya, iya miringkan sedikit badannya ke arahku. "Subhanallah…, begitu mulianya hatimu dik. Maha besar rahmat mu ya Robb, kau kirimkan aku dua bidadari syurgamu." Syukurnya seraya mengagungkan nama Allah.
"Dik, mas sangat berterima kasih atas pengorbananmu, untuk kebahagiaan dan kesembuhan syila, dan tentunya kebahagiaanku juga". Ucapnya sambil meneteskan air mata.
"Tapi saat ini, mas tidak dapat membahagiakanmu. Kakak tak ingin bersenang-senang diatas penderitaan syila. Kakak tak mau, dia menjadi lebih menderita, walau pribadinya tegar dan kuat, tapi fisiknya rapuh". Mas ozi kembali berkata.
"Aqilla mengerti mas, aqilla pun berfikir demikian. Aqilla tak mau dianggap mengambil keuntungan dari kondisi ini, terlebih dari suami aqilla sendiri". Kata ku sambil menitikan air mata.
"Insyaallah, mas tidak berfikir demikian. Mas anggap kamu adalah penyelamat bagi kami". Tutur mas ozi, sambil menghapus air mataku dengan dengan punggung jari telunjuknya.
"Insyaallah, mas akan bersikap adil pada kalian berdua. Walau mungkin adil itu sulit untuk dijabarkan. Mas akan berusaha mencoba". Tambahnya meyakinkanku.
"Adik biasa shalat malam, tahajud misalnya". Tanya mas ozi.
"Insyaallah, terbiasa mas". Jawabku.
"Kalau begitu mari kita berjama'ah". Pinta mas ozi.
Lalu kami berdua pun bangkit dari pembaringan untuk mengambil air wudu dikamar kecil yang berada dikamar utama. Kamar ini adalah kamar kak Atsyila dengan mas Ozi dulunya. Mas Syila memberikanya kepada kami, sedangkan dia sendiri pindah ke kamar tengah.
Akhirnya kami pun shalat tahjud berdu'a. Itu adalah shalat berjamaah kali pertama setelah aku menjadi istri mas ozi. Mas ozi memang lelaki sempurna, dia sangat sabar dan penyayang. Kasih sayangnya tulus dalam setiap ucapan dan tindaknya. Setelah shalat aku pamit keluar kamar untuk buatkan susu hangat, dan mas ozi mempersilahkanku.
Saat aku melewati kamar tengah menuju dapur, aku melihat kamar kak atsyila terbuka. Dan ku lihat kak atsyila tidur dilantai beralaskan sajadah dan masih mengenakan mukena. Mungkin dia pun telah melakukan shalat malam. Lalu aku bangunkan, lalu ku papah naik ke pembaringan.
"kok belum tidur dek? Mas ozi mana?" tanya kak syila.
"Ini kak aku mau buatkan susu hangat buat kak ozi, tapi ketika aku lewat kamar kakak. Aku lihat kakak tidur dilantai". Kataku.
"Oh, ya sudah buatkan gih, ingat jangan terlalu manis yah. Mas ozi tak suka yang begitu manis?" kata kak syila mengingatkan kegemaran suaminya.
"Iya kak, tapi aku ingin memastikan kakak sudah istirahat dulu". Jawabku, sambil membelai ubun-ubun kak syila. Dan tak beberapa lama kak syila pun tertidur pulas.
Laptop kak syila masih menyala, niatku ingin menshutdownnya. Tapi tanpa sengaja aku membaca ketikan yang ada disana.
"Untukmu lelaki bercahaya putih".
"Akhirnya tugas umi sudah selsai, di akhir-akhir tugasku. Aku telah menemukan bidadari syurga penggantiku. Saat umi kali pertama didalam sebuah angkot, rasanya ada yang menyatu dalam hati kami berdua. Umi sudah mendalami sifatnya, sikapnya dan kesetianya pada suami sejak pada saat kami berteman.
Abi…
Maafkan umi yah. Kalau umi tidak penah bercerita, bahwa penyakit umi kembali kambuh. Itu semata-mata umi tak ingin abi khawatir dan membuyarkan fokus abi. Umi inginkan apa yang menjadi cita-cita abi dapat terwujud, walau kelak bukan umi yang ada disisi abi. Tapi yakinilah Bi…! Atsyila dan Aqillah adalah bagian dari rusuk mu yang hilang dan patah menjadi dua, dan kini. Kami telah bersatu dan kembali kepadamu.
Maka, Bahagiakanlah aqillah, sebagaimana abi membahagiakan umi, dan kalau bisa melebihi apa yang abi beri pada umi. Menyakitinya, berati abi menyakiti umi, karena dia adalah amanah yang umi titipkan pada abi".
Begitulah kalau tak salah ingat isi dari ketikan kak syila. Aku tak kuat membacanya, aku bingung baru kali ini ada seorang istri yang rela menyerahkan kebahagiaannya untukku. Aku bergegas keluar, dan membuat minuman susu hangat sambil tersedu-sedu.
Aku kembali ke kamar, mas ozi masih terbagun. Kuberikan susu hangat itu padanya, dia mendapati mataku lebam. Dia menanyakan apakah aku habis menangis, aku jawab saja tadi kelilipan. Lalu mas ozi meneguk susu yang kubuatkan itu, tak beberapa lama kita pun tertidur.
12-01-2012
Rumah tanggaku dengan mas ozi berjalan dengan baik, mas ozi memenuhi janjinya untuk bersikap adil. Aku dan kak syila pun sangat kompak dalam melayani kebutuhan suami tercinta kami, rasa iri dan cemburu hilang diantara kami. Banyak kerabat kebingungan, kok bisa istri muda dan istri tua begitu akrab.
Kebetulan hari ini mas ozi mendapat cuti, dia mengajak kami berdua untuk refreshing ke pantai, aku sambut baik rencana mas ozi aku pikir kak syila butuh hiburan biar tidak terlalu penat. Aku sarankan bagaimana kalau kita berwisata ke Pantai Lhok Nga. Tempat tinggal kami dan Pantai Lhok Nga memiliki waktu tempuh satu jam.
Akhirnya kami sampai juga dipantai, kak syila meminta untuk tidak mengunakan kursi roda. Dia ingin berjalan sambil melepas alas kakinya. Kami melarang, kami takut kalau dia kelelahan, terlebih kandungannya sudah memasuki sembilan bulan. Tapi karena

keinginannya yang keras akhirnya kami memperbolehkannya, dengan syarat bila lelah berjalan kak syila harus sampaikan.
Kami pun menggelar tikar, dibawah pohon kelapa ditepi pantai. Cuacanya cukup bagus, matahari begitu terik namun semilir angin menyamarkan panas menjadi terasa hangat.
Ingin tertawa rasanya bila ingat hari itu, sungguh hal yang tak kami sengaja. Aku membuat makanan kesukaan mas Ozi, yaitu ikan gurame bakar cabe ijo. Tanpa aku ketahui ternyata kak Syila pun membuat masakan yang serupa.
"Umi… Bunda.., Abi lapar nich". Sahut mas ozi, sambil tangan kanannya memegang perutnya yang mungkin terasa kosong karena habis menyelam.
"Ini dibuatkan, gurame bakar cabe ijo". Aku dan kak syila kompak bersamaan mengatakan demikian sambil menyodorkan masing-masing tuperware kami.
Melihat kejadian demikian mas ozi, tertegun. Mas ozi menggaruk-garuk kepalanya, dengan wajah kebingungan. Aku menoleh ke arah kak syila, begitupun kak syila menoleh kearahku. Kami terdiam sejenak, dan lalu "Hahahaha…" kami bertiga ketawa terbahak-bahak.
"Kok bisa sih kita kompak begini". Kataku. "Ya sudah, mas ozi makan buatan kak syila ajah ya". Pintaku demi menjaga kebersamaan ini, agar tidak pecah.
"Tidak, punya qillah ajah ya bi". Kak Syila menarik tanganya ingin menaruh tuperwarenya.
"Eit eit.,,sini sini mana makanannya". Seraya tangan mas ozi menyambar tuperware kami. "semuanya akan abi makan bersama-sama, biar semuanya dapat berkah, kan umi dan bunda sudah cape-cape buat untuk abi". Tambahnya.
Aku dan kak syila pun tersenyum.
"Tapi ada syratnya, gimana?" pinta mas ozi kepada kami
"Apa syaratnya, bi" kata kak syila
"Ia apa syaratnya bi?" sambungku bertanya.
"Baik lah abi kasih tau syaratnya". Mas ozi kembali berkata dengan intonasi genit dan meledek kami berdua.
"Apa bi.,, ayo kasih tau". Kataku, dengan manja, Kak syila mengangguk mengiyakan.
"Baik-baik, susah abi melawan kalau kalian sudah kompak gini. Syaratnya umi Syila dan bunda Aqillah suapin abi yah". Jawab mas ozi.
"Oke…, kami siap" kami berdua kompak, mengiyakannya.
Akhirnya aku dan kak syila secara bergantian menyuapi mas ozi, tawa kami memecah deru ombak. Saat itu kami gembira sekali, kami tak memikirkan orang disekeliling kami, kami seolah-olah tak ingin menyia-nyiakan hari ini.
Pagi pun berganti sore, kami bertiga pun berkemas untuk kembali pulang kerumah. Karena Kak Syila sedang hamil besar, kami tidak berani pulang terlalu petang. Akhirnya pukul tiga sore kami pun kembali pulang. Kak Syila tertidur pulas dibahu kananku, sesekali ku lihat mas Ozi mengintip kami berdua dari kaca spion.
Wajah kak syila begitu cantik, walau dalam keadaan tertidur kecantikannya tidak pudar. Pantas mas ozi begitu mengaguminya, dan aku pun sangat bersyukur ada diantara mereka untuk melengkapi kebahagiaan mereka. "Semoga kejadian hari ini dapat terulang kembali".
"Gubrak-Gubrak" Ban mobil yang kami kendarai masuk lubang.
"Astaghfirullahal ‘adzim…, apa itu bi.?" tanyaku pada mas ozi.
"Ada lubang dek, mas kurang hati-hati." Sahut mas ozi, sambil menstabilkan mobilnya.
Kepala kak syila yang tadi ada dibahuku, berpindah posisi ke lengan kiriku dengan posisi miring setengah terlentang.. Aku sedikit aneh kok tidak ada reaksi terbangun atau teriak. Aku angkat saja tubuh kak syila, untuk membenarkan posisinya.
"Astaghfirullah Bi!!"
"Ada apa bunda…?" Tanya mas ozi, dengan nada sedikit khawatir.
"Abi..!! Abi cepat bi, cepat putar arah ke rumah sakit!! Kak syila bi. Kak syila!!" kata ku histeris sambil menangis.
"Kenapa dengan umi, bunda?" Mas Ozi, bertanya kembali dengan nada cemas.
"Cairan ketubanya keluar, Bunda takut ketubanya nanti kering". Kataku.
Mas Ozi langsung memutar balik mobil yang kita naiki, lalu menancap gasnya menuju Aceh Internasional Hospital. Sebentar saja kami sudah sampai di rumah sakit, dan mas ozi langsung keluar teriak "Perawat-perawat!! perawat tolong istri saya, tolong dia."
Lalu dengan cekatan empat orang perawat keluar dengan membawa kereta dorong, mereka memindahkan kak syila dari pelukanku ke atas kereta dorong. "hati-hati yah". Kataku kepada petugas itu.
Akhirnya kak syila dilarikan ke IGD, aku dan mas Ozi langsung mengurus administrasinya. Aku menangis dalam pelukan mas ozi, aku tak pedulikan sekelilingku. Mungkin banyak mata memandang aneh, istrinya masuk IGD kok suaminya peluk-pelukan dengan wanita lain.
Beberapa lama kami menunggu, akhirnya kami dikabarkan bahwa kak atsyila, tidak bisa melahirkan secara normal, dan bayinya harus cepat diselamatkan karena air ketubannya terus-terusan keluar. Akhirnya dokter merekomendasikan satu-satunya cara adalah melakukan operasi cesar.
"Baik dok, bila itu yang terbaik buat istri dan anak saya" ucap mas ozi.
"Iya dok, mohon selamatkan kak syila". Pintaku berharap yang terbaik untuk kak syila.
"Baik lah pak, tapi masalahnya kami membutuhkan darah dan kebetulan darah ibu syila ini termasuk golongan yang langka AB resus negatif, dan bank darah kami tidak memiliki stock darah tersebut." kata dokter.
"AB resus negatif, dok?" tanyaku
"Ia bu." Kata dokter itu
"Kebetulan saya juga AB resus negatif, ambil darah saya saja dok" pintaku.
"Kalau bisa ada satu orang lagi, untuk cadangan bila kami kehabisan". Kembali dokter menerangkan.
"Bunda ada kenalan yang memiliki golongan darah yang sama?" kata mas Ozi.
Dokter tersebut tampak terbelalak, saat mas ozi memanggilku bunda. Mungkin dia heran, bukankah yang didalam itu istrinya. Lalu aku siapa mungkin pikirnya.
"Ia bi, bunda ingat kalau tidak salah, papah juga golongan darahnya sama dengan bunda". Lalu aku segera menelpon papah, dan alhamdulillah papah pun menyanggupi.
Aku dan papah di chek kesehatanya, dan kami pun memasuki kriteria sehat, maka darah kami pun segera di ambil. Aku berharap sangat baik kak syila dan bayi dapat selamat. Alhamduillah, operasipun dapat dilakukan. Hampir satu jam sudah kak syila didalam ruang operasi, tapi tak ada juga tanda-tanda tangisan bayi.
Mas Ozi berdiri disampingku, tangan kanannya mencengkram erat bahuku. Sesekali ku dengar bisikan-bisikan do'a untuk kak syila. Aku sedikit menoleh wajah mas ozi. Wajah tampan ini pucat, keringat dingin menyembul di keningnya, sinar matanya memancarkan kecemasan.
Dan Akhirnya "Oaaaaaa, Oaaaaa…Oaaaa" kami mendengar suara tangis bayi laki-laki.
"Alhamdulillah…." Ucap kami, hampir bersamaan. Mas ozi memelukku. Ayah dan ibu pun mendekat pada kami berdua. Sedangkan suara tangis bayi didalam terus membuyarkan kecemasan kami.
Tak beberapa lama pun, pintu ruang operasi pun terbuka. "Selamat ya pak, putra dan putri anda lahir dengan selamat".
"Putra dan Putri, dok?" Tanya mas ozi. Aku pun terheran, apakah kembar?
"Iya pak, istri anda melahirkan anak kembar, putra dan putri?" kata dokter tersebut sambil menepuk bahu mas ozi.
"Alhamdulillah, anak kembar bi!!" kataku., sambil berlompat-lompat memeluk mas ozi. Mas Ozi pun, mencium keningku, papah dan mamah pun memberi selamat pada kami berdua.
"Iya, bunda". Mas ozi pun tersenyum lebar dan tak lama tiba-tiba terdiam. " Lalu ibunya bagaimana dok?" tanya mas ozi.
"Ibunya masih dalam tahap pemulihan, mungkin kita tunggu 30 menit lagi untuk melihat perkembangannya." Kata dokter tersebut.
Lalu dari dalam ruangan, dua orang suster keluar menggendong bayi kak syila, untuk di adzani oleh mas ozi. Mas Ozi menggendong bayi yang laki-laki untuk di perdengarkan suara Adzan.
"Allahu akbar, Allahu akbar" mas ozi mengadzani bayi laki-lakinya hingga selesai dan kemudian disusul dengan iqomah, begitu pula pada bayi wanita. Saat itu adalah saat yang mengharukan bagiku, walau bayi itu bukan lahir dari rahimku. Aku merasakan meraka bagaikan putra-putriku sendiri, terlebih saat aku mengendongnya ketika akan diadzani, mereka nampak nyaman dalam gendonganku.
"Dok..!! dokter" suara teriak dari dalam ruang operasi.
"Kondisi ibunya tiba-tiba menurun. Detak jantungnya melemah, dan tekan darahnya tidak stabil". Suara tersebut menginformasikan kondisi mas syila.
Mas ozi pun menyerahkan bayi perempuan yang ada dalam gendongannya kepadaku, kemudian dia bergegas lari kedalam ruangan operasi. Aku coba menunggu diluar menggendong si kembar. Tak beberapa lama mas ozi pun keluar, bunda sayang masuk lah. "Umi ingin bertemu si kembar dan bunda". Katanya sambil menuntunku masuk.
Aku pun tak lama sudah ada dihadapan kak syila, kak syila tampak pucat dan lemah, aku tak kuat melihatnya.
"Kak lihat ini kak, ini bayi kakak. Mereka kembar, laki-laki dan perempuan". Kataku sambil memperlihatkan si kembar. Kemudian aku mendekat dan merendah, untuk berdiri dengan lututku agar si kembar dapat disentuh oleh kak syila.
Kak syila pun tersenyum dan membelai si kembar, mereka berdua tampaknya mengenali sentuhan ibunya. Mereka yang menangis tiba-tiba terdiam.
"kakak ingin beri nama siapa?" kataku.
Mas ozi mendekat, dia pun berdiri disampingku dan membungkuk. "Abi serahkan nama mereka sama umi, abi ingin nama mereka pemberian umi". Seru mas ozi.
Kak syila tersenyum, "umi sebelumnya sudah memiliki nama bila ia laki-laki, bi?" kata kak Syila terbata-bata.
"Siapa mie, siapa nama putra kita". Tanya mas ozi, dan aku hanya tersenyum dan mengangguk dengan maksud memberi pesan, ayo katakan kak.
"Namanya…, Khoirullah Alif Rizky Fauzi, artinya Kebaikan Allah melalui Alif sebagai Rizki kemenangan". Ucap kak syila, dan kami pun mengamini.
"Kalau yang perempuan siapa namanya kak?" Tanyaku pada kak syila.
"kakak belum memikirkannya dek" jawab kak syila lemah.
"Abi ada gak nama buat si cantik" tanyaku ke mas ozi.
Mas ozi menggelengkan kepalanya.
"Hmmm bagaimana kalau kita beri nama Khaerunisa Alya rizky Fauzi? Yang artinya Sebaik-baiknya wanita dipuncak rizky kemenangan". Kataku dengan semangat.
"Khoirullah Alif Rizky Fauzi dan Khaerunisa Alya Rizky Fauzi, tampaknya bagus dan cocok untuk mereka berdua, bagaimana menurut umi?" Kata mas ozi sambil menggengam tangan kak syila.
"Umi suka Bi, umi suka sekali nama keduanya." Ucap kak syila lalu tersenyum. "Ukhhukkk ukhhh." Kak syila terbatuk, mungkin terlalu senang.
"Abi… Dek Aqilla…" kak syila memanggil kami.
"Abi umii titip, Alif dan Alya ya bi, dan tolong jangan penah sakiti Aqilla apalagi menelantarkannya". Ucap kak syila semakin lemah.
Baru saja mas ozi ingin bicara, kak syila mengangkat jarinya kearah bibir mas ozi, dan kembali berkata. "Aqillah…, Kakak titip ya alif dan alya sayangi dia sebagai anak kandungmu sendiri. Satu lagi dek, kakak pesan patuhi suamimu dan janganlah kamu berbuat nuyuz, kamu mau kan berjanji buat kaka".
Aku tidak bisa berkata-kata, aku hanya mengangguk dan meneteskan air mata. Suster mengambil si kembar dari gendonganku. Mas ozi bangkit dari duduk, didekatkannya wajah mas ozi diatas wajah kak syila.
"Umi mau kemana? Apa umi sudah tidak sayang abi lagi? Umi tidak mau kita bermain bersama dengan putra putri kita?" tanya mas ozi dengan nada lirih.
"Abi kenapa nangis, abi gak usah cengen ahhh. Umi gak rela abi yang cengeng". Kata kak syila sambil menaruh kedua tanganya di pipi mas ozi, diusapnya air mata mas ozi dengan ibu jarinya.
"Umi akan tetap bersama kalian, ada bunda aqillah yang akan mewakili umi untuk main dengan putra-putri kita". kembali kak syila berkata.
Aku tak tahan dengan kondisi ini, aku jatuhkan diriku hingga terduduk, aku tutupi mulutku dengan kedua tanganku, dengan maksud meredam suara tangisku.
"Dek aqillah, kemari sayang. Kemarihlah adik ku?" minta kak syila.
Aku pun bangkit, ku terdiam sebentar untuk kuatkan batinku. Lalu aku berjalan memutar dan berdiri disamping kiri kak syila terbaring. Kak syila raih tanganku, dia taruh tanganku di atas dadanya, dan dia pun meraih tangan mas ozi dan menaruhnya diatas tanganku.
"Berbahagialah, aku hadir dalam hidup kalian hanya sebagai perantara untuk mempertemukan kalian, maafkan atas segala kesalahan-kesalahanku. Bi, Aku dan Aqilla adalah tulang rusukmu yang hilang dan patah menjadi dua. Namun salah satu diantara kami sedikit rapuh, umi mohon maaf tidak bisa bersama-sama kalian dalam waktu yang lama, tapi umi bahagia kita dapat bersama." Pesan kak syila pada mas ozi.
"umi.. cukup umi jangan lagi bicara begitu" bentak mas ozi.
"Kak mohon kak mohon.." Tangisku memekik.
Mamah dan papah melangkah kearahku dan memelukku, seolah-olah memberi kekuatan kepadaku.
Kak syila tak mempedulikan tangisanku dan kesedihan pada wajah mas ozi, dia meneruskan pesannya.
"Aqillah, kelak kita berdua kan bersama-sama menjadi bidadari syurga melayani imam kita, jagalah iman mu dan ingatkanlah imam mu. Agar kita bisa berbahagia bersama disyurgaNya. Abi… bunda.. Umi tunggu kalian dipintu syurga, kelak kita akan masuk bersama, meraih kebahagiaan yang abadi".
Dan setelah itu dia menyebutkan "ASYHADU AL LA ILAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADARRASULULLAH."
"Tuttttttttttttttt" alat pengukur jantung pun menunjukan grafik lurus.
"Permisi, maaf tolong geser sebentar" kata tim dokter dan perawat. Mereka memberikan alat kejut jantung pada kaks Atsyila. Setelah berulang-ulang dilakukan, akhirnya dokter pun menyerah, dan dokter pun menggelengkan kepala.
"Innalillahi wa innalillahi raji'un…" terucap dari bibir mas ozi. "Abi ridha sayang, abi ridha. Semoga Allah menerima amal baik mu dan pengorbananmu untuk bahagiakan kami yang kau tinggalkan". ucap mas ozi menyambung kalimatnya.
Aku melangkah ke arah mas ozi, aku peluk dia. Dia pun membalas pelukanku, dia usap air mataku dan mengecup keningku. "Abi berjanji akan menjaga bunda, tak akan abi ulangi kesalahan abi yang membuat umi syila seperti ini pada bunda. Abi akan jaga bunda dan putra putri abi dari umi syila dan bunda, abi akan penuhi amanah umi syila sebaik mungkin".
Mas ozi dan aku pun lalu segera mengurus kepulangan jenazah kak syila, kami ingin pada sore ini juga lekas dimakamkan. Kami tak ingin kak syila berlama-lama dimakamkan. Papah coba menghubungi kerabat dekat untuk memberitahukan wafatnya kak syila.
Akhirnya jam 04:30 jenazah kak syila dan kami pun tiba dirumah. Sepanjang perjalanan, saat dimandikan dan akan dikafani. Kami yang ada didekat kak syila seperti mencium semerbak wangi melati, semakin lama wangi itu semakin menyerbak. Mungkinkan ini tanda kebaikan wanita shaleha disaat dia berpulang kerahmatullah.
Akhirnya prosesi pemakaman pun selesai, sesampainya dirumah sekali sepulang dari makam, aku merasa letih. Mataku berkunang-kunang, perutku mual rasanya apa yang ada diperut ini ingin keluar semua.
"bunda kenapa?" kata mas ozi
"Bunda masuk angin bi, perut bunda mual" kata mas ozi.
"Bunda yakin cuma masuk angin bi?" tanya mas oji kembali memastikan.
"Iya Biii" belum selesai aku berkata, tiba-tiba gelap.

Ketika aku sadar, aku dapati aku sudah terbaring diatas kasur. Aku pindai sekelilingku, ternayata aku berada didalam kamarku. Kulihat mas ozi ada disampingku, dia tersenyum manis dan sesekali dia menciumi punggung tanganku yang ia genggam.
Kulihat mamah membawa segelas air putih, lalu mamah berikan ke mas ozi. Mas ozi membetulkan posisiku. "Bunda minum dulu ya" pintanya sambil mendekatkan gelas yang dia pegang ke bibirku.
Aku pun meminumnya, kesadaranku pun mulai pulih. Sedikit demi sedikit tenagaku pun mulai terkumpul. Aku membetulkan kembali posisiku, mas ozi membatuku, dan menyandarkan kepalaku didadanya.
"Apa yang terjadi bi?" tanya ku pada mas ozi.
"Ada mukzizat sayang…" jawab mas ozi sambil membelai rambutku.
"Maksud abi…?" tanya ku kembali.
"Mamah dan papah bunda akan menjadi nenek dan kakek dari anak kita yang ada dalam perut umi sekarag!!!" kata mas ozi dengan penuh bahagia.
"Abi gak bercanda kan?" aku meyakinkan diri dengan jawaban mas ozi.
"Benar anak ku, mamah bentar lagi akan punya cucu dari kamu". Kata mamah.
"Alhamdulillah ya Robb,, subhanallah Engkau maha kuasa atas diri ini.,, setelah ujian penuh kesabaran kau berikan.,, kini kau berikan aku kebahagiaan.,, insyaallah aku kan tetap bersyukur kepadamu, karena ini juga bagian ujian bagiku kepadamu". Ucapku seraya bersujud syukur, karena selama ini aku sudah divonis tak akan bisa memiliki lagi keturunan karena rahimku telah di angkat.
08-08-2013
Setahun lebih sudah kak syila meninggalkan kami. Alif dan alya hampir dua tahun sudah ditinggalkan kak Syila. Aku dan mas ozi sering berziarah ke makam kak syila saat pulang ke aceh, kami tidak bisa datang setiap saat. Karena aku sekarang tinggal bersama mas ozi di Surabaya, mas ozi tidak lagi mau meninggalkan kami.
Tapi Alhamdulillah, idul fitri kali ini kami bisa datang berlima. Mas Ozi, aku, alif, alya dan atsyila.
Dalam hati ku berkata.
Kak Syila kami datang.
Aku dan mas ozi membawa putra-putri mu kak, Alif dan Alya. Perkenalkanlah kak putriku bersama mas ozi, berkah yang Allah beri atas usahamu. Asyila Shasha Tihani, namanya persis namamu kak. Karena kami tak ingin kehilanganmu, kau tetap bagian dari kami walau kau telah tiada.
Kak..
Lihat lah mas ozi, dia semakin gemuk. Alhamdulillah mas ozi sehat, dan juga anak-anak kita bertiga kak. Insyaallah aku akan selalu menjaga mereka semampuku, seperti engkau memperjuangkan kami.
Dan terima kasih pula aqillah ucapkan kepada kakak, kakak berikan suami yang penuh cinta dan sayang. Dia tidak posesif, apa lagi mengekang dan berlaku kasar, melainkan aku selalu diberikan perhatikan yang istimewa, dia selalu memperhatikan kesehatanku, kebutuhanku dan keinginanku.
Terima kasih untukmu wahai malaikatku, tunggu kami dipintu syurga-Nya sebagai mana engkau berkata dulu.
Lalu si kecil alif berkata.
"Bunda-bunda siapa cih yang bobo disana".
"ia mah, alya baru kali ni kecini" sambung alya
Kulihat mas ozi berkaca-kaca mendengar kalimat dari alif dan alya.
"Alif dan alya, bunda kasih tau yach" kataku sambil menarik nafas panjang "yang bobo didalam sana itu umi malaikat, ibu yang sudah menyelamatkan alif dan alya untuk bersama bunda dan abi." Kataku menjelaskan kepada mereka siapa yang ada disana.
"Oh umi malaikat ya bunda" kata alif seolah-olah faham
"Pasti cantik sekali kaya alya" sambung alya menimpali kalimat alif.
Mendengar seprti itu, mas ozi langsung merengkuh kami berempat dan berkata "Kalian adalah harta abi yang tak ternilai, dan abi akan menjaga kalian seperti syila memperjuangkan kalian untuk abi".
TAMAT