Senin, 21 Oktober 2013

ISTRI UNTUK SUAMIKU I


ISTRI UNTUK SUAMIKU 
Tiada yang lebih indah dari pada rencana Allah SWT, maha benar Allah atas segala firmannya dalam surah Al-Insyirah. "Oleh itu, maka (tetapkanlah kepercayaanmu) bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan, (Sekali lagi ditegaskan): Bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan. (Q.S 94 : 5-6). Maka bersabar lah dalam mengahadapi segala macam kesulitan, bukankah Allah bersama orang-orang yang sabar.
Alhamdulillah, Allah memberikan ku keluarga kecil yang bahagia…, walau aku dan mas Firman menikah di usia yang sangat muda, Kami menikah saat usia ku baru 20 tahun dan mas Firman berusia 23 tahun. Kami saling mencintai dan berencana membeli sebuah rumah sendiri.
Yah… walaupun hanya berdua, dengan maksud agar tidak merepotkan mertua. Gaji dan semua simpanan suamiku sudah lebih dari cukup untuk membeli sebuah rumah, meski tidak terlalu mewah tetapi kami senang bisa memiliki rumah sendiri.
Mas firman bekerja pada instansi kepolisian, sedangkan aku masih kuliah pada fakultas keguruan dengan program studi "Matematika'. Biasanya aku berangkat kuliah diantar suamiku, hari ini beliau sedang repot, jadi aku berinisiatif naik angkot pagi-pagi sekali, dengan sangat menyesal suamiku melepaskan aku untuk berangkat…
"Hati-hati dijalan ya sayang…, dan jangan lupa kabari mas kalau sudah selesai, jika ada waktu nanti mas jemput." Pesannya.
"Iya mas… Pasti Aqillah kabari, Aqillah pamit dulu ya mas…" Jawabku sambil mengecup tangannya, dan ia balas dengan mengecep kening ku tanda memberikan restu.
Setelah berpamitan aku bergegas pergi keluar rumah dan menaiki angkot yang kebetulan sedang berhenti menurunkan penumpang. Sampai didalam angkot aku melihat wanita berjilbab yang sedang asyik membaca. Karena rasa keingintahuanku, aku coba menyapanya.
"Siang Kak" sapaku mengawali pembicaraan.
"Oh Siang, Assalamu'alaikum Ukhti." Jawabnya dengan nada lembut.
"Wa'alaikumsalam, maaf …" Aku sedikit malu, sebagai muslim aku tidak mengunakan salam sebagaimana rosul ajarkan.
"Iya tak apa, ada yang bisa Syila bantu?" wanita tersebut bertanya.
"Tidak kak, saya hanya ingin tau, buku apakah itu yang sedang kakak baca. Sedari tadi saya perhatikan asyik sekali membacanya." Balasku bertanya.
"Ohhh itu." Dia mencoba memahami sembari tersenyum…
"Ini aku sedang membaca tentang fiqih wanita, disini menerangkan tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan wanita, dan disini pula ada hak dan kewajiban wanita sebagai istri dan juga hak kewajiban suami." Tambahnya.

"Kakak sudah menikah kah?" Tanya ku kembali, "Perkenalkan namaku Aqillah Khaerunisa, panggil saja aku Aqillah" ku ulurkan tangan.
"Alhamdulillah" dia tersenyum "Aku Atsyila Thashasa Thihani, panggil saja Syila" ia sambut tanganku, dan pembicaraan pun mengalir deras.
Dari peretemuan itu akhirnya kami menjadi akrab dan kami sering mengunjungi, kak Atsyila memberiku banyak pelajaran dalam ilmu adab berumah tangga, dan suami ku pun tampak lebih memperlihatkan rasa kasih dan sayangnya, teringat dulu sewaktu mas firman melamar ku.
Bagi aku Mas Firman adalah sosok suami yang sabar dan selalu sayang dengan aku, Mas Firman selalu memberikan nasehat dan peduli dengan aku. Mas Firman suka memanjakanku, dengan sikapnya yang dewasa dan selalu mengerti aku.
Yah… aku sadar aku masih sangat muda dan mungkin selama ini aku sering bertindak seperti anak kecil didepan suamiku.., tetapi suamiku selalu mengajariku bersabar dan selalu bersikap dewasa.
10-7-2010
Sudah hamper 6 bulan aku tidak bertemu kak Syila, seperti kehilangan seorang guru, kakak dan sekaligus sahabat. "Apa kabarnya yach kak syila di Surabaya…" dalam hatiku bertanya.
Tiba-tiba saja saat ku sedang melamun, mas firman muncul dan memelukku dari belakang, "Hmmm, masakan mu harum sekali sayang, seperti kamu harumnya?" mas firman menciumku, terus melepas pelukannya dan pergi duduk dihadapan meja makan, ia lakukan ini hampir setiap pagi.
"Hmmm, hidangan sudah matang mas…, Aqillah ambilkan ya." kataku sambil membawa hidangan.
"Mas perhatikan selagi masak tadi…, ade sepertinya melamun, kenapa?" mas firman mencoba mencari tau.
"Kalau lagi-lagi tentang momongan yang di fikirkan…, mas mohon jangan terlalu terbebani, karena semua itu adalah rezeki dari Allah, yang terpenting kita sudah berusaha." Tambahnya mas Firman coba menghiburku, walau sebenarnya bukan itu yang kufikirkan.
"Iya mas, Aqilla percaya semua itu adalah rahasia Allah." Aku coba mengikuti alur pembicaraan mas firman.
"Oke kalau gitu, yuk kita berangkat kerumah ibu, dan ingat… pesan mas hiraukan saja nanti pertanyaan orang-orang disana tentang momongan ya sayang…?" pinta mas firman, sambil menuntun ku keluar dari ruang makan.

Hari ini aku dan mas firman akan menghadiri acara 7 bulanan kakak iparku, kami sekeluarga besar berkumpul bersama, Ayah dan ibu mertua kami hadir, mbak Linda adalah kakak kedua Mas Firman setelah Mas Jefri, mbak linda baru menikah setelah pesta pernikahanku dengan mas Firman berjalan 2 tahun, Mbak linda memang ingin cepat-cepat mempunyai keturunan.
Benar saja Aku dan mas Firman selalu diberondong pertanyaan,
"Kapan punya anak…?"
"Kapan nyusul kami…?" atau
"Kapan mau beri Mama sama papa Cucu..?"
Tapi malam itu Aku hanya tersenyum simpul, karena belum mampu memberi jawaban, untuk memuaskan mereka.
10-10-2010
Hari ini adalah hari pernikahan Aku dan Mas Firman yang ke-3, dan hari ini aku sengaja memasak hidangan yang istimewa, aku banyakan hidangan yang aku masak dengan maksud untuk aku antar kerumah mertua. Dan nanti malam bisa dinner bersama suami tercinta.
Aku buatkan dendeng daging kesukaan bapak dan sambal goreng hati kesukaan ibu…, Pagi ini mas mas firman berangkat lebih awal, tapi sudah sempat aku buatkan sarapan. Aku sampai dirumah mertuaku pukul 10 pagi dan disambut dengan keadaan yang sedikit membuat aku binggung.
Ketika Aku buka pintu rumah, yang menyambutku adalah seorang wanita yang belum pernah aku lihat sebelumnya, dia bertanya "maaf anda mencari siapa?"
Aku kebingungan dengan pertanyaan orang ini, "Saya mencari bapak dan ibu surya…, saya menantunya.. nama saya Aqillah…, anda tamu disini?…" Jawab ku menerangkan maksud dan tujuan ku.
Tanpa berkata apa-apa, wanita berpostur tinggi dan berwajah manis itu lantas keluar rumah dengan wajah kurang bersahabat. Aku pun tidak ambil pusing, lalu aku masuk kedalam rumah. Ayah tetap menyambut dengan baik sedangkan ibu berada dikamar, kata ayah tekanan darah ibu sedikit naik dan harus beristirahat saja dikamar.
Aku tidak sempat menemui ibu, akhirnya pukul 14.00 aku kembali kerumah. Setiba dirumah, Aku mendapatkan sms dari mas firman, beliau bilang akan pulang terlambat, dikarenakan ada tugas tambahan.
"Haaaaahhh", aku sedikit kecewa. Tapi tak apa lah, yang penting sudah menyiapkan makan malam, aku siapkan semua makanan kesukaannya, aku tata dimeja. Dan nanti menjelang beliau pulang aku akan merias wajahku dengan cantik, aku pakai baju terbaikku, aku ingin menyenangkan hati suamiku sepulang kerja….
Rencana manusia, tak mampu mengalahkan ketetapan Allah. Jam 8 pun berlalu, suamiku belum juga datang. Ku tunggu sampai satu jam kemudian, aku panaskan kembali makanan yang hampir dingin dan aku terus melihat jam dinding yang berdentang terus, aku tertidur hingga kulihat jam sudah menunjukkan pukul 00:09 dini hari Suamiku belum juga datang, perasaan kawatir dan gelisah sontak menyelimuti fikiranku.
Aku takut terjadi apa-apa dengan suamiku, aku mencoba menelpon handphonenya, ternyata tidak bisa tersambung, aku hubungi hingga puluhan kali tetap saja tidak ada jawaban darinya… aku semakin binggung dan kawatir, dimana suamiku berada.
Dalam kondisi seperti itu, aku ingat pesan kak Syila, aku segara mengambil air wudhu dan menggelar sajadah, aku coba shalat tahajud dan setelah itu berdo'a memohon perlindungan untuk suamiku. Aku coba menenangkan hati ku, namun perasaan khawatir masih saja singgah.
YA ALLAH… lindungi dia dimana pun berada,, aku kawatir sekali, hingga berkali-kali aku buka pintu rumah, siapa tahu beliau segera datang, tapi hingga pukul 03:00 beliau tak kunjung datang, aku hanya bisa pasrah dan mendoakannya, dimanapun berada agar selalu diberi keselamatan.
Akhirnya jam 06:00 aku aku terbangun diatas meja makan aku tertidur, memang suamiku tidak pulang hari ini, Aku lega dapat Sms Pada pukul 07:30 kata beliau, suami ku dapat tugas mengawal keluar kota, karena kemalaman di jalan, akhirnya harus bermalam di hotel, dan pulang nanti pukul 09:00, aku tersenyum lega, walau sedikit kecewa semalam aku gagal menunjukkan rasa sayangku pada suamiku, tapi tak apa lah.
11-10-2010
Hari ini aku merasa badanku kurang sehat, kepalaku pusing dan mual, mungkin karena istirahatku kurang. Bagaimana aku bisa tidur dengan nyenyak, sedangkan aku sendiri tak tau apakah suamiku sudah makan atau belum, dapat tidur atau tidak sedangkan keberadaanya saja semalam tidak dapat ku ketahui. Alhamdulillah, sekarang aku bisa sedikit tenang karena mas firman sudah mengabariku.
Sejak mendapat kabar SMS dari mas Firman aku hanya tertidur tanpa bisa berbuat apa-apa, bahkan sampai-sampai kedatangan mas Firman saja, aku tidak tau. Aku baru sadar ketika ada sentuhan bibir lembut dikeningku.
"Cuuuuppp…" Mas Firman mengecup keningku.
"Hmmmm, sudah pulang mas" Tanya ku, sambil meraih jemarinya lalu ku cium punggung tangannya.
"Sudah, dek…?" kata mas Firman, "Maafkan mas ya dek, sudah buat adek khawatir, pasti adek gak tidur seharian tunggu kabar dari mas…?" Tambah mas firman.

"Gak juga mas, ade sempat tertidur… tapi tidak setenang bila sebelumnya mas beri kabar ke adek…" manja ku dengan nada memelas.
"Iya iya…, Mas gak akan ulangi lagi." Janjinya menenangkan ku.
"Janji…!" tegas ku.
"Iya, mas janji". Ucapnya sambil menarik ujung hidungku.
"Oh iya, mas pasti lapar?" Tanya ku kepada mas firman
"Iya, tapi kalau adek cape biar nanti mas ambil sendiri ajah." Kata mas firman sambil mengusap ubun-ubunku.
"Gak kok mas, capek adek dah hilang saat melihat mas pulang". Kata ku sambil tersenyum "Bentar ya mas, adek panaskan dulu masakannya." Aku bangkit dari duduk lalu menuju kedapur.
Setelah hidangan siap, lalu kami makan berdua. Mas firman menyantap masakan yang ku hidangkan dengan lahap. Aku senang melihatnya, seolah-olah kekecewaan semalam telah terobati. Makan pun selesai, seperti biasa kami bercakap-cakap seputar pekerjaan mas firman atau planning-planning yang tertunda. Sampai akhirnya mas firman bertanya.
"Dek, masih ingat kan planning kita seminggu yang lalu?"
"Hmmmm, apa yah mas? Aqila lupa?"Jawab ku.
"Coba adek ingat-ingat lagi…?" pinta mas firman
"Hmmm, makan diluar! Bukan, Pulang kerumah ibu, bukan. Oh iya, ade ingat mas!!" jawab ku sambil histeris.
"Apa hayo…?" mas firman coba mencari tahu.
"Second honey moon, ke lombok!!" Kata ku.
"That Right…!! Tetereeeeetttt!!" sahutnya sambil menunjukan dua tiket pesawat ke lombok.
Tapi belum lama kegembiraan kami menyeruak suasana, tiba-tiba mual-mual ku kembali. "Huuuueeekkk Hueeeek Huuuek". Aku tak tahan dengan apa yang ku rasakan.
"Adek sakit?, adek tak enak badan kah?" Tanya mas firman.
"Kalau adek tidak sehat, biar mas cancel dulu perjalanan kita sampai adek sembuh" tambah mas firman.
Aku hanya menggelengkan kepala, memberi tanda jangan. Aku tak ingin merusak kebahagiaan suamiku, karena aku fikir dia lembur semalam pun dengan tujuan untuk mewujudkan hal ini.
Akhirnya kami berdua pun berkemas, semua pakaian dan perlengkapan yang di butuhkan kami packing ke dalam travel bag. Setelah semua selesai, aku bersiap-siap untuk membersihkan badan, baru saja kakiku melangkah masuk ke kamar mandi, kembali kepalaku tiba-tiba pusing, perut ku kembali mual. Kali ini pusingnya sangat hebat, sampai-sampai pandangan ku pun kabur, hingga akhirnya aku tergelincir dan kepalaku memebentur sesuaatu dan aku tak tau lagi.

20-4-2011
Aku terbangun, aku menyadari keaadaanku sangat berbeda dari sebelumnya. Ku pindai pandangan ku keseluruh ruangan, kulihat mamah dan papah ku sedang tertidur di sofa, lalu ku pandangi kondisiku, aku memakai alat bantu pernafasan, dan berbagai macam selang impus menuju ke beberapa bagian tubuhku.
Aku tidak ingat sekarang hari apa, dan tanggal berapa, tak lama kemudian, suster masuk ke dalam kamarku dan segera memeriksa ku lagi, rasanya lemah dan sangat menyakitkan, tubuhku kurus sekali…
Aku sadar ketika tanganku meraih pipiku, dan rasanya tubuhku yang sehat dulu sudah habis dimakan waktu, ketika aku sadar dan melihat kalender, hampir setengah tahun aku tertidur tak sadarkan diri, YA ALLAH aku koma selama ini.
Mamah dan papah ku terbangun, tampak senyum gembira mereka menyeringai, lalu ku lemparkan pandangan ke sudut-sudut lain, mencari-cari dimana suamiku. Dan mamah ku sepertinya mengerti apa yang aku maksud.
"Nanti mamah akan ceritakan, kamu istirahat saja dulu ya sayang" kata mamah dengan nada lirih..
"Mah.. mamah, mas firman man…?" Belum selesai kalimat ku berakhir obat bius telah menguasai kesadaranku.
25-4-2011
Pagi-pagi sekali Ayah dan Ibuku sudah berada di rumah sakit, beliau nampak senang ketika melihat keadaanku, ibuku tak henti-hentinya menitihkan air mata, dan ayah hanya mengelus dahiku, beliau berkata, "Kamu akan ayah dan ibu rawat dirumah…".
Aku terheran dan terkejut.., "kenapa yah?" Tanya ku.
"Mana mas Firman….? Kenapa dia tidak jemput Aqilla?" Aku kembali bertanya.
Ayah hanya diam dan ibu semakin menangis, aku semakin bingung dengan ini, aku harap tidak pernah terjadi apa-apa waktu aku terbaring koma…, aku bertanya pada ayah, dimana Mas firman berada, ayah hanya terdiam dan pergi keluar kamar, disusul dengan ibu.
Aku menangis, aku sedih dan bingung sebenarnya apa yang terjadi, setelah beberapa saat, suster dan dokter masuk kedalam ruangan untuk memberiku obat, dokter berkata; beberapa hari lagi aku boleh pulang, setelah itu aku bertanya lagi, apakah suami ku pernah mengunjungiku.
Aku terkejut ketika dokter berkata, suami anda terakhir memantau keadaan anda dua bulan yang lalu, dan tidak pernah kembali lagi kerumah sakit. Aku hampir tak percaya dan menitihkan air mata, apakah mas firman sesibuk itu hingga tidak bisa menemuiku sebentar saja.

Tiba-tiba ada seorang wanita masuk ke kamarku. Aku agak sedikit samar dengan wajahnya. Namun aku sangat familiar dengan sorot mata dan senyumnya yang lembut itu. "Subhanallah, syukron ya robb." Itu kak Atsyila.
Baru saja dia berdiri disampingku, ku peluk erat-erat tubuh kak Atsyila, aku menangis sejadi-jadinya, kak syila mendaratkan belaiannya yang lembut ke ubun-ubun kepalaku, bagaikan seorang kakak yang mengerti kesedihan yang dialami adiknya.
"Menangis lah dek, keluarkan semua kesal mu, kakak mengerti dengan apa yang kamu rasakan." Kak atsyila coba menenangkan ku.
"Kakak tidak sengaja bertemu ibu mu, saat kakak kontrol kandungan kakak 1 minggu yang lalu, ibu mu sudah cerita semua." Kembali kak Atsyila berkata.
"Aku bingun kak, suamiku tak ada saat aku terbangun." Kata ku sambil terisak-isak.
"Mungkin mas firman mu sedang sibuk, sudah jangan kamu fikirkan dulu ya dek." Jawab kak Atsyila.
"Tapi aqilla kangen kak, aqilla kangen banget." Rengek ku.
"Aqilla sayang, yang utama adalah aqilla harus sembuh dulu, nanti kalau aqilla sudah sembuh…, aqilla bisa bertemu mas firman kapan saja." Pinta kak syila sambil merebahkan tubuhku.
Aku terdiam sejenak. Mungkin yang dikatakan kak Syila memang ada benarnya juga, mungkin Mas Firman sedang sibuk, dan bila sudah sembuh. Aku dapat bebas bertemu dengan Mas firman kapan saja. Akhirnya kesedihanku sedikit mereda. Kak Atsyila banyak cerita tentang pengalamannya selama hampir 9 bulan kita tidak bertemu, sampai asyiknya tak terasa siang pun sudah berganti sore dan kak Atsyila harus kembali pulang.
28-4-2011
Akhirnya aku diperkenankan pulang, tubuhku semakin terasa sehat aku semakin ingin tahu sebenarnya apakah yang terjadi ketika aku koma. Aku nekat menelpon Mas firman. Beberapa kali aku telpon Mas firman tidak ada jawaban, kebingunganku semakin bertambah.
Rasa heran terus berjelaga dalam fikiranku, hingga akhirnya aku meminta tolong tukang ojek yang biasa mangkal didepan rumah untuk membeli simcard baru. Berharap dengan menggunakan nomor baru yang tidak dikenali, Mas Firman mau merespon panggilan telponku.
Setelah ku dapatkan nomor baru, maka ku segerakan menghubungi Mas Firman kembali, satu sampai dua kali tetap tidak ada jawaban. Akhirnya, pada telponku yang ketiga kalinya mas firman menjawabnya.

"Halo… halooo…" Terdengar suara dari seberang sana.
"Assalamu'alaikum mas" Sahutku dengan nada riang.
"Wa'alaikum salam, maaf siapa yah" Jawab mas firman.
"Deg!!" Jantungku terasa terhenti sesaat, dalam benakku apakah suami ku sudah tak mengenali istrinya lagi, hingga suaraku sendiri tak dikenalinya.
"Halo… Halo…, maaf ini siapa? kalau memang tidak ada yang ingin disampaikan, saya akan melanjutkan pekerjaan saya." Kembali mas firman berkata.
"Ini aku mas…" jawabku sambil terisak.
"Ia, tapi aku siapa?" Tanya mas firman kembali.
"Aku Aqilla, istri mas…" Tangisku memecah, karena rasa rindu, bingung dan sedih berbaur menjadi satu.
"Adek!! Benar kah ini Aqilla?" Tanya mas firman dengan nada kaget. "Apakah saya bermimpi? ini pasti tidak benar, dokter mengatakan kamu tidak akan sembuh, tapi kenapa?…" sambung mas firman bertanya dengan nada tinggi dan heran.
"Mas.., ini aku Aqilla mas…istrimu, aku sudah keluar dari rumah sakit, aku kangen sama mas,, kapan kita bisa bertemu mas…?"
"Tut…. tut…. tut…." tiba-tiba, terputus tanpa sebab.
Setelah ku coba lagi pulsa nomor yang baru saja aku beli sudah habis, aku hampir putus asa, tetapi beberpa saat kemudian, ada sms yang aku terima, isi pesan itu
"Silahkan besok kamu datang kerumah ayah dan ibu, kami mau bicara serius dengan kamu, dek ".
Aku balas "iya, saya pasti datang " tanpa sepengetahuan orang tua ku.
Setelah menjawab sms dari Mas Firman, aku coba menghubungi kak syila, meminta kak syila menemaniku kerumah mertuaku. Alhamdulillah tanpa harus membujuk panjang, kak syila bersedia menemani ke rumah mertuaku.
29-4-2011
Pagi-pagi sekali Kak Atsyila sudah datang kerumahku, Dia menjemputku dengan mengendarai mobil SUZUKI R3 warna putih yang selalu setia menemaninya kemana pun dia pergi. Aku berangkat pukul 08:00 dengan alasan ke kampus untuk mengurus administrasi kuliahku. Aku terpaksa berbohong, karena aku takut tak mendapatkan ijin dari mamah dan papah.
Kak Syila menegurku, katanya kenapa tidak jujur, aku berikan alasan kepada kak syila dan alhamdulillah dia pun mengerti. Aku berharap mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya, kenapa ayah dan ibuku membawaku pulang, dan Mas firman yang sudah lama tidak menemuiku di rumah sakit.
Aku sangat penasaran dan sangat ingin tahu apakah yang terjadi selama ini, pukul 09:30 aku tiba dirumah mertuaku, aku terkejut melihat banyak tamu yang hadir disana, aku

semakin heran ketika berbincang-bincang santai. Aku menoleh ke kak syila, kak syila pun memberikan signal dia pun tak mengerti.
Tiba-tiba ada seseorang menghampiriku, dan orang itu berkata agar aku segera menemui bapak dan ibu Surya yang tidak lain adalah mertuaku, aku belum tahu siapa yang hendak melangsungkan akad nikah.
"Kak, aku tinggal dulu yah" Pamit ku pada kak syila.
"Iya dek, pergi lah…, biar kakak tunggu disini." Kak syila menjawabku, lalu tersenyum dan mengganggu seolah mempersilahkan ku.
Akhirnya aku bertemu ibu mertuaku, tak lama ayah mertuaku datang dan disusul dua orang laki-laki serta perempuan. Aku duduk di ruang kerja, ketika ibu masuk aku ingin mencium tangannya, tapi aku sangat terkejut ketika dia mengacuhkanku. Lantas ku terdiam, terjadi perbincangan yang tidak dapat aku lupakan sampai akhir hayatku.
Lalu…
"Silahkan duduk…,,, bagaimana keadaan kamu?" ibu mertuaku memulai pembicaraan sambil meneguk teh dicangkir yang beliau pegang.
"Alhamdulillah bu, saya sudah jauh lebih baik bu…" jawabku dengan nada kecil.
"Iya saya harap juga begitu…!" ibu mertuaku menimpali dengan nada ketus
Aku pandangi satu-persatu orang yang ada dihadapanku, pada saat pandanganku terarah pada ayah mertuaku, beliau tampak serba salah dan hanya terdiam.
"Ayah sehat ?" tanyaku
"Iya alhamdulillah, kamu bisa lihatkan nak…, ayah sehat…, ayah rindu dengan kamu nak". Dengan nada lirih dan terbata-bata ayah menjawab sapaanku.
"Syukurlah Ayah , Aqilla juga…" Sahutku.
"Sebaiknya kita tidak usah berpanjang lebar dan berbasa-basi lagi…" Ibu mertuaku kembali bicara.
"Maksud ibu,,…?" Aku sedikit bingung dengan apa yang ibu mertuaku katakan.
"Nak, ayah pamit ya… ayah mau ke toilet sebentar…" ayah bangkit dari duduknya .
"Silahkan ayah…" jawabku mempersilahkan ayah pergi, sebentar saja ayah sudah tidak tampak lagi.
"Ibu harap kamu paham, dengan maksud saya undang kamu kesini." Ibu mertua kembali berkata.
"Aqilla kurang mengerti ibu…?" Tanya ku penuh heran dengan maksud perkataan ibu mertua.
"Langsung saja ya Aqilla.., selama 6 bulan kamu koma, firman menjadi seperti orang pikun, ling-lung…!!" dengan nada tinggi ibu berkata, lalu ia meneruskan kalimatnya "dia itu hampir stress, karena memikirkan kamu…!" bentak ibu.
Aku tersentak, dan aku beranikan diri berkata "Benar begitu ibu..?"
"Benar,,, tapi saya tidak tinggal diam, saya tidak mau kekecewaan anak saya berlarut-larut". Ibu mertuaku kembali menyampaikan maksudnya. "Toh masa depannya masih panjang…" Tambahnya.

"Apa maksud ibu….? saya benar-benar tidak mengerti…" nada ku lirih bertanya, air mata tiba-tiba meleleh dipipiku.
"lho..lho…lho..?!! memangnya orang tuamu belum membicarakan apapun ke kamu?" Tanya ibu mertuaku dengan nada menghardik.
Aku hanya bisa diam, dan menggelengkan kepala, karena memang mamah dan papah ku belum menceritakan apa-apa?
" kamu dengar ya! dulu sebelum kamu koma lama itu, kamu itu sebenarnya hamil, dan terjatuh…, saya sangat prihatin dan kehilangan calon cucu saya…!" lalu ibu terdiam sejenak dan bangkit dari duduknya.
"Saya juga tidak tega kalau anak saya terus-terusan terpuruk karena kamu, pekerjaannya tidak karuan, makan jarang, tiap hari menunggu kamu dirumah sakit, saya terus terang keberatan" tambahnya ibu menceritakan kejadian selama aku terbaring dirumah sakit.
Dan aku, lagi-lagi hanya bisa terdiam dan membisu.
"Nah asal kamu tau sekarang!! Mas firman mu itu sudah dapat calon istri baru yang masih punya rahim sehat, dan bisa kasih saya cucu, tidak seperti kamu, yang sudah tidak bisa lagi hamil." Ibu mertuaku berbicara dengan nada menghardik.
Mendengar penjelasan ibu mertuaku, aku seperti terhimpit gunung, dalam dadaku sedih, kecewa, menyesal bercampur menjadi satu hingga akhirnya aku mulai terisak menangis.
"Maksud ibu rahim saya diangkat?" aku beranikan diri untuk bertanya untuk meyakinkan diri, kali saja ibu mertuaku salah bicara.
"Iya, nah maksud ibu, kamu datang kesini, mau tanda tangan surat persetujuan perceraian, atau persetujuan bahwa kamu bersedia di poligami…!". Ibu mertuaku kembali menjelaskan maksudnya aku dipanggil kesini.
Aku semakin keras terisak. Rasanya bak disambar kilat, lidahku tak sanggup berkata-kata lagi… rasanya hatiku hancur dan ingin mati saja… aku sangat terpukul dengan ini, suamiku akan menikah lagi, lalu aku? apa yang harus aku lakukan…? Ibu mertuaku kembali melanjutkan bicaranya "Ibu harap kamu bisa mengerti…, kalau kamu mencintai firman, seharusnya kamu sadar dan paham, jika dia punya anak dia akan bahagia..!"
Aku terdiam sesaat, aku berfikir untuk kebaikan bersama. Ku rasa, aku juga harus merelakan mas firman, aku tahu ini berat. Akan tetapi, apakah yang dapat aku lakukan untuk dia selain ikhlas, aku juga bukan wanita sempurna lagi, aku tidak bisa memberi dia hal yang paling diinginkan dalam hidupnya, yaitu anak.
Aku menghela nafas panjang, mencoba untuk menenangkan diri, hingga akhrinya aku pun berkata. "Baiklah bu… saya akan setuju, dan saya rela dimadu atau dicerai mas firman…."
"Bagus…, ayo sekarang kita lihat prosesi akad nikah, sebelumnya tanda tangan disini…!" jawab ibu mertuaku.
Aku gemetar menggenggam bolpoint yang ku pegang, tak lama kemudian ku menandatangani persetujuan itu. Air mata terus meleleh dipipiku. Aku pun meninggalkan ruang kerja, disusul dengan ibu mertuaku.
Kak Syila yang sudah menunggu disana, bergegas menghampiriku.
"Ada apa dek, kenapa kau menangis…" Tanya kak syila
"Nanti Aqillah ceritakan kak, setelah dari sini." Jawab ku.
Kak syila tersenyum dan mengangguk, memberi tanda bahwa dia mengerti. Aku dan kak Syila duduk di sudut ruangan, beberapa saat saja setelah kami duduk. Muncul lah kedua mempelai. Ku lihat kak syila tersentak, dan menoleh kearah ku. Aku hanya mengangguk, membenarkan apa yang ada dalam fikirannya.
Hatiku hancur, melihat suamiku bersanding dengan wanita lain, dan wanita itu adalah wanita yang dulu pernah kulihat dirumah ini sebelumnya, tapi aku harus tegar, aku harus kuat, ini juga demi kebahagiaan suamiku.
Prosesi selesai dan aku bergegas meninggalkan ruangan, kak syila yang saat itu sedang hamil muda tergopoh-gopoh menyusulku. Tanpa ku tahu mas firman mengejarku sampai depan gerbang.
Aku lihat Mas firman sangat tertekan dan menangis ketika melihat keadaanku yang kurus dan kurang sehat, dia raih tanganku dan berkata. "maafkan mas ya dek…, mas berdosa kepada mu dek, mas sangat menyesal dan sudah tidak pantas lagi …, kalau adek ingin membenci mas, mas rela adek benci mas sampai kapanpun".
Mas Firman menangis sejadi-jadinya sambil memelukku. Aku tegarkan dia, dan ku pandangi wajahnya. Wajah itu, masih sama dengan wajah yang dulu melamarku dengan selingkar cincin cantik dan setangkai bunga mawar merah dihari ulang tahun ku.
Aku usap air matanya dan berkata. "Sudahlah mas, sudah tidak ada lagi yang perlu di sesali, aku sudah memaafkanmu. Aku selalu mencintaimu sampai kapanpun. Walaupun Kita sudah bercerai sekarang. Berbahagialah! Aku bahagia jika melihatmu bahagia".
Aku meninggalkannya tanpa menoleh lagi kebelakang. Aku kuatkan diri menuju mobil kak Atsyila yang diparkir diseberang jalan. Baru saja sekitar beberapa langkah kaki beranjak, ku merasakan tubuhku dingin dan tiba-tiba semua gelap.

30-4-2011
Aku sadar, kudapati aku berada dirumah sakit lagi. Kak Syila dan suaminya mas Ozi berada disampingku. Kak syila tersenyum memandangku, seolah-olah memberi semangat padaku. Dia bukan siapa-siapa, dia hanya seorang wanita yang kutemui didalam angkot sedang asyik membaca fiqih wanita.
Namun kelembutannya, kepeduliannya serta kehangatannya layaknya seorang kakak terhadap adiknya. Terlebih aku adalah anak tunggal dikeluargaku, sehingga keberadaanya sangat menghibur dan mengurangi beban mental yang sedang ku alami.
"Dek…" lembut kak syila menyapa.
"Ya kak…" sahutku.
"Bagaimana keadaan mu." Tanya kak syila.
"Alhamdulillah kak, sudah jauh lebih baik." Aku tersenyum dan menggengam tangan kak syila yang di usapkan di pipiku.
"Alhamdulillah, kakak gembira mendengarnya. Kakak harap jangan difikirkan yang telah terjadi, lebih baik kau menata diri agar lebih baik." Pinta kak syila.
Selang beberapa waktu kami berbincang-bincang, dan kulihat kemesraan kak syila dengan mas Ozi begitu indah. Mengingatkan kisah ku bersama mas firman, rasa ingin menangis kembali timbul. Tapi aku tahan karena aku tak ingin merusak suasana dan membuat kak syila tak enak hati.
Mamah dan papah tiba, suasana menjadi semakin ramai aku jadi sedikit terlupa dengan masalah yang ku rasakan. Dan dokter pun telah memperkenankan aku pulang, maka sore harinya aku meninggalkan rumah sakit.
Bersambung.......